BOJONGSOANG | WALIMEDIA – Keputusan belajar dalam jaringan (daring) hingga bulan Januari 2021 mendatang mengakibatkan banyaknya mahasiswa pelajar meninggalkan kos-kosan. Mereka lebih memilih pulang kampung untuk mengurangi biaya bulanan. Alhasil kos-kosan sepi dan pemilik kosan pun mengalami kerugian.
Enyas Sopiah (40), salah seorang pemilik kosan di kawasan Ciganitri, kec.Bojongsoang, Kabupaten Bandung, menjelaskan bahwa akibat adanya kebijakan belajar metode daring, kosannya sepi penghuni. Beberapa penghuni, yang mayoritas mahasiswa itu pulang kampung dan memilih meninggalkan kosan.
“Kebijakan pembelajaran daring sangat berpengaruh terhadap kami yang mempunyai usaha kos-kosan. Semua penghuni yang mayoritas mahasiswa, sejak bulan Juni lalu sudah meninggalkan kos-kosan. Karena mungkin mereka juga berpikir ulang jika harus tetap tinggal di kosan, sementara pembelajaran dilakukan daring“jelas Enyas, Senin (3/8/2020).
Dijelaskan Enyas, sebelum ada kebijakan belajar daring, semua kamar kosan yang berjumlah 12 ruangan terisi penuh. Dari setiap kamar ia menarik uang sewa sebesar Rp500 ribu per bulannnya. “Tapi sekarang, dengan adanya belajar secara daring, hanya beberapa kamar saja yang terisi ” ungkap ibu kos ini.
Dijelaskan Enyas juga, berkurangnya jumlah penyewa (penghuni) sebagai imbas dari kebijakan daring, angkanya terbilang lumayan. Tidak kurang dari angka delapan puluh persen. Oleh karenanya, ia berharap agar pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga pembelajaran kembali dilakukan secara tatap muka. Dengan pembelajaran tatap muka, tentu saja ia berharap mahasiswa akan kembali ke kosannya.
“Saya berharap agar pandemi ini segera berakhir sehingga bisa lagi dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka. Bukan dengan metode daring seperti sekarang ini.” harapnya. (Diki)
Discussion about this post