BANDUNG | WALIMEDIA – Yayasan Rumah Qur’an (RQ) “Al Asas” adalah lembaga sosial keagamaan yang berfokus pada pembinaan dan pendidikan anak-anak yatim dan dhuafa,
Yayasam yang berdiri sejak tahun 2014 ini berlokasi di Jl. Permata Bumi Raya No.16, kelurahan Cisaranten Kulon, Arcamanik, Kota Bandung.
Yayasan ini awalnya hanya sebatas komunitas kecil yang dibentuk oleh beberapa santri di Cigending, Ujunrgberung. Kemudian pada 2015 komunitas ini menerima tanah wakaf dari seorang donatur. Setelah itu, pada tahun 2017 dibentuk yayasan secara resmi (formal).
“Berawal dari komunitas kecil, ada beberapa santri di Cigending (Ujungberung-red). Kemudian pada tahun 2015 ada donatur yang mewakafkan tempat yang letaknya di Arcamanik ini. Semua santri dipindahkan ke sini untuk regenerasi santri. Dan pada tahun 2017 baru dibuat yayasan. di rumah qur’an al Asas ini ada rekan-rekan pengurus harian dan asatidz,” tutur Yusef Abdulllah, Ketua Yayasan RQ “Al Asas” kepada wartawan WALIMEDIA, Sabtu (15/8/2020).
Kehadiran RQ “Al Asas”, menurut Yusef, adalah ingin memberikan pondasi bagi anak-anak dhuafa (kurang mampu) dengan mengedepankan pendidikan adab dan ilmu al Qur’an sebagai bekal kehidupan.
“Kami ingin memberikan pondasi untuk anak-anak, mendasari pembentukan adab sebelum qur’an, ilmu sebelum amal, dan kemandirian anak. Untuk misinya, terdepan dalam al-qur’an, hadits, syariat Islam, terdepan juga dalam akhlak yang baik,” ungkapnya.
Saat ini, RQ “Al-Asas” dihuni oleh 20 orang santri. Terdiri dari 14 orang santriwan, yang di yayasan ini disebut sebagai Solihin, dan 6 orang santriwati, disebut sebagai Solihat. Mereka berasal dari berbagai daerah dengan latarbelakang yang berbeda.
“Latar belakang keluarganya beda-beda. Termasuk asal tinggalnya. Kalau (santri) yang asli orang sini, dari Cisaranten. Kalau yang jauhnya ada dari Babakan Ciparay, Pangalengan, Bogor juga ada. Bahkan dulu dari Sapeken (Madura) juga ada. Terus yang terakhir ada yang dari Maluku,” jelasnya.
Dalam penerimaan samtrinya, RQ “Al Asas” memfokuskan untuk mengambil anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu (dhuafa) atau berstatus yatim, termasuk juga dari keluarga yang memiliki masalah yang rumit.
“Karena kita ini mengumpulkan anak-anak dari keluarga dhuafa, yatim dan juga yang punya latarbelakang keluarga yang punya permasalahan yang rumit, salah satunya ada yang keluarganya tinggal di tengah hutan dengan kondisi rumah seadanya, dan berbagai masalah lainnya,” ungkap Yusef.
Di yayasan ini dipergunakan metode pembelajaran dengan konsep ala rumahan. Ustadz dan santrinya tinggal bersama selama 24 jam, layaknya orang tua asuh dan anaknya. Ustadz berperan sebagai teman mengobrol bagi para santri, sekaligus pengajar dan pembimbing bacaan serta hafalan Qur’an.
“Karena konsepnya rumah, di mana ustadz dan santrinya tinggal bersama selama 24 jam. Pendekatannya berdasarkan kegiatan harian, seperti shalat berjama’ah, tilawah dan hafalan al-qur’an, bersih-bersih rumah, kemudian nanti ada sesi ngobrol dulu. Jadi mereka bisa terbuka sampai pada masalah-masalah pribadi yang bisa kita beri solusinya. Ketika mereka sudah paham apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, di situlah mereka mempelajarinya,” ujar Yusef.
Tujuan utama Yayasan RQ “Al Asas”, jelas Yusef, adalah pembinaan dan perbaikan akhlak, dengan pembelajaran Al-Quran sebagai materi utama dengan sokongan pelajaran penunjang lainnya.
“Secara keseluruhan kita berfokus ke pembinaan akhlak. Tapi dari keilmuan kita fokus ke (pendidikan) Al-Qur’an, baik hafalan maupun tilawah. Ada anak yang tidak selesai (mengikuti pendidikan) karena akhlaknya masih perlu diperbaiki meskipun hafalannya bagus. Tapi ada yang sudah selesai hafalannya, dan sekarang sedang lagi dalam proses mematangkan dan pembekalan tahsin oleh ustadz yang kompeten di bidang tersebut,” terangnya.
Lalu, bagaimana dengan pendidikan formal para santri? Yusef mengatakan, Yayasan RQ “Al Asas” menggunakan sistem homeschooling. Sementara perihal kurikulum, legalitas dan ijazah sebagainya dilakukan kerjasama dengan sekolah formal setempat.
“Di sini kita mengadakan program homeschooling, bekerjasama dengan sekolah formal di dekat sini untuk legalitas dan sebagainya. Jadi para santri di sini tetap bisa melanjutkan pendidikan formal selepas dari sini,” ucapnya.
Yusef berharap, kelak para alumni RQ “Al Asas” tetap bisa menjaga akhlaknya dan dapat terlepas sepenuhnya dari permasalahan ekonomi dan moral keluarganya. “Sehingga anak-anak (santri) bisa yang sempat putus (buruk) hubungan dengan keluarga sebagai misal, bisa kembali berhubungan baik dan tidak lupa tetap berbakti kepada orang tuanya, ” pungkasnya. (Thoriq)
Discussion about this post