CIMAHI | WALIMEDIA – Sekolah Menengah tingkat Pertama Islam Terpadu (SMP IT) “Baitul Anshar” merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah yayasan Baitul Anshor dan berdiri sejak tahun 2002. Sekolah ini berlokasi di Jl. Tirta Indah III No.309A, Cibeureum, Kec. Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat.
SMP IT “Baitul Anshor” merupakan sekolah yang dalam kegiatan belajar mengajarnya menggunakan kurikulum gabungan (terpadu), yakni kurikulum formal, juga kurikulum pesantren. Tidak saja mengejar nilai akademik semata, melainkan siswa dituntut juga dapat mendalami nilai-nilai keagamaan. Tanpa terkecuali menjadi penghafal al quran (tahfidz).
Pada tahun ajaran 2020/2019 jumlah siswa SMP IT “Baitul Anshor” berjumlah 157 orang, yang terdiri dari 74 orang santri laki-laki dan 83 santri perempuan.
Seperti halnya sekolah atau lembaga pendidikan lain, di tengah pandemi Coronavirus disease (Covid)-19, pihak SMP IT “Baitul Anshor” melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara BDR (Belajar Dari Rumah). Dimana siswa/santri bertemu dengan guru melalui jaringan dengan menggunakan aplikasi google classroom. Dengan jadwal disesuaikan dengan jam-jam biasa ketika sekolah berjalan normal sebelum pandemi Covid-19.
Sebagai misal, pada jam 07.00 wib siswa harus melakukan apel pagi dan menyetorkan hafalan al Quran selepas sholat subuh. Dalam belajar, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan arahan pembimbing . Selain itu ada kegiatan dzikir subuh terpadu dan membaca doa-doa al-Ma’tsurat. “Semuanya dilakukan secara daring (dalam jaringan),” kata Muhammad Rohmat, Kepala Musyrif (Pembimbing) Kepesantrenan SMP IT “Baitul Anshar”, Kamis (17/9/2020).
Rohmat mengakui dengan BDR memang sulit melakukan kontrol kegiatan para santri. “Untuk mengontrolnya pun, kenyataannya lebih sulit. Paling cara komunikasi dari kita dilakukan dengan menghubungi orang tua, bagaimana mereka beraktivitas dengan jadwal yang telah disediakan oleh sekolah dan pesantren. Kemudian kita berkomunikasi juga dengan santrinya sendiri, supaya jadwal yang diberikan benar-benar dilaksanakan di rumahnya masing-masing,” ucapnya.
Kendala lainnya terkait pelaksanaan BDR adalah sikap santri yang belum bisa beradaptasi dengan pembelajaran seperti itu. “Beberapa santri belum ada yang bisa melaksanakannya secara total, karena perbedaan suasana dan kondisi dari yang biasanya,” tukasnya.
Sementara itu Kepala Bagian Kurikulum SMP IT, Hendra Hudayana, menjelaskan, sebetulnya untuk para guru sebetulnya sudah diberikan pilihan untuk mengajar di rumah atau di sekolah dengan fasilitas khusus—sesuai standar protokol kesehatan. Namun karena kondisi yang belum memungkinkan untuk pembelajaran dengan cara tatap muka, maka guru (ustadz) tetap memilih kegiatan belajar mengajar (KBM) secara online.
Hendra mengakui, setelah pihak sekolah melakukan evaluasi internal, hasil yang didapat mengatakan pembelajaran dengan sistem BDR yang diterapkan tidak efektif.
“Belajar tidak akan efektif dilakukan di rumah. Apalagi jika orang tua belum bisa mengontrol secara penuh kegiatan anak di rumah. Setiap hari pegang hp (handphone), yang mana konten apa saja bisa diakses dengan mudah di luar pengawasan. Dari beberapa laporan, penyebab anak-anak susah diatur selama pegang hp. Mudah marah, kecanduan game. Kalau perempuannya suka nonton video musik,” jelas Hendra.
Namun karena pandemi Covid-19 belum berakhir, pembelajaran di SMP IT “Baitul Anshor” tetap menjalankan KBM dengan cara BDR. Terkait hal ini pula, Hendra berharap para orang tua berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh seperti itu.
“Sekarang yang menentukan seorang anak berhasil belajar di rumah ya dari orang tuanya sendiri. Bagaimana mereka bisa mendisiplinkan anak, membimbing mereka belajar, dan menerapkan nilai-nilai kepribadian yang sudah diberikan di sekolah, semuanya kini bergantung pada orang tua untuk itu,” pungkasnya. (Thoriq)
Discussion about this post