BANDUNG | WALIMEDIA – Tingginya curah hujan akhir-akhir ini menimbulkan genangan air di beberapa titik Kota Bandung. Dan hal ini menjadi masalah tahunan dan kerap membuat Kota Bandung yang semula dikenal sebagai kota bersejarah dan berjuluk kota “Bandung Lautan Api” berubah menjadi kota “Bandung Lautan Air”.
Miris memang. Tapi begitulah kenyataan yang terjadi di saat hujan deras mengguyur Kota Parisj van Java.
Tambah miris juga, tumpukan sampah yang kerap menjadi salah satu penyebab banjir, belakangan terlihat di beberapa sudut “Kota Kembang” Bandung. Tumpukan sampah yang belum terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menambah keprihatinan bagi masyarakat atas kondisi ibu kota provinsi Jawa Barat ini. Maka kompletlah kondisi Kota Bandung: banjir dan bau!
Memang berdasarkan data dari dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (Dinas SDA dan BM) Kota Bandung telah terjadi penurunan jumlah titik genangan air dari 46 titik pada tahun 2020 menjadi tersisa sebanyak 10 titik genangan di Tahun 2023. Namun faktanya, kini muncul titik banjir baru di beberapa ruas jalan.
Lantas bagaimana solusi yang ditawarkan oleh Pemerintah kota Bandung, khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) dalam mengatasi banjir tahunan ini?
Betul, jika banjir bukan merupakan domain tugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung. Akan tetapi tidak berarti DLHK tidak peduli atau kurang memiliki sense of crisis dengan kondisi kota Bandung yang sekarang ini. Tidak bermakna DLHK ongkang-ongkang kaki ketika air hujan menggenangi beberapa ruas jalan, memasuki halaman dan rumah warga, bahkan hingga menimbulkan bencana.
Sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup dengan sub urusan persampahan (Perwal 1390 Tahun 2016), maka DLHK Kota Bandung berupaya menangani persampahan yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir.
“Sesuai tupoksinya, kami tentu mengupayakan pengurangan produksi sampah dan menangani sampah kota Bandung, yang menjadi salah satu penyebab banjir,” ujar Dudi Prayudi, Kepala Dinas LHK Kota Bandung saat dihubungi via telpon selulernya, Senin (8 Mei 2023).
Dikatakan Dudi, program “Kang Pisman” yang digaungkan DLHK merupakan salah satu upaya bagaimana mengurangi atau meminimalisir produksi sampah. Dengan “Kang Pisman” yang merupakan akronim dari kata kurangi, pisahkan, dan manfaatkan merupakan upaya Pemkot Bandung melalui DLHK mengajak warga untuk mengurangi, memilah dan memanfaatkan sampah-sampah yang diproduksinya.
Program Kang Pisman yang mulai digaungkan sejak tahun 2019 bukan gerakan seremonial semata, melainkan gerakan jangka panjang untuk mengubah peradaban dan penerapan sistem dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Hebatnya lewat program ini Pemkot Bandung banyak mendapatkan apresiasi dan prestasi. Tidak hanya dari unsur pemerintahan, lewat program Kang Pisman ini, warga pun mampu menghadirkan ragama inovasi terkait permasalahan sampah. Diantaranya kawasan bebas sampah, berdirinya bank sampah yang merubah sampah menjadi emas.
“Kami punya kawasan bebas sampah di 180 RW. Ada juga 2 kelurahan masuk kawasan bebas sampah, Cihaurgeulis dan Kelurahan Sukamiskin, ” tuturnya.
“Bank sampah 803 pun tersebar di kecamatan, kelurahan, sekolah juga instansi dan perkantoran. Bank sampah juga ada, juga Waste To Gold sampah di tabung ketika sudah mencapai sekitar Rp 40 ribu ditukar menjadi emas, ” imbuhnya.
Jadi, kata Dudi, solusi penanganan banjir yang ditawarkan DLHK Kota Bandung salah satunya adalah dengan dengan terus menggelorakan terus program Kang Pisman. Selain itu juga, dengan cara klasik, yakni terus melakukan sosialisasi atau imbauan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, apalagi membuang sampah ke sungai.
“Jangan membuang sampah sembarangan, apalagi membuang sampah ke sungai agar tidak menimbulkan dampak banjir,”pungkas Dudi yang kemudian di kantornya.(ADV)
Discussion about this post