BANDUNG, walimedia.com – Jaringan Relawan Independen (JaRI) menyebut permasalahan pernikahan dini yang melibatkan anak-anak di Jawa Barat sampai saat ini masih tergolong tinggi. Bahkan, JaRI menilai perkawinan anak menjadi salah satu bentuk kekerasan paling kejam.
Ketua JaRi, Inggrid Hilman menyatakan, pernikahan dini yang banyak terjadi sama saja dengan merebut masa depan anak, khususnya perempuan. Dengan pernikahan lebih awal, mereka terpaksa harus menjadi istri dan ibu sebelum waktunya.
“Akibatnya, dia tidak mendapat pendidikan memadai, tidak menikmati masa kanak-kanaknya, mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Bahkan, kawin anak menjadi sebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia,” kata Inggrid di Bandung, Jumat (06/12/2019).
Selain itu, anak-anak yang telah kawin sebelum waktunya juga dapat mengakibatkan status sosial yang rendah di masyarakat. Bahkan, kemampuan dalam memperbaiki hidupnya dan keluarganya di masa depan untuk keluar dari kemiskinan menjadi sangat terbatasi.
“Efek itu diteruskan ke anak-anaknya ke generasi selanjutnya dan merugikan pertumbuhan ekonomi. Perkawinan anak juga mengakibatkan kerugian sekurang-kurangnya 1,7 persen PDB pada 2014,” paparnya.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Barat menjadi provinsi kedua terbanyak dengan 20,93% dari jumlah perempuan yang ada. Persentase tersebut dinilai lebih tinggi dibanding tingkat pernikahan dini secara nasional, yakni 15,66%.
Maka dari itu, JaRI meminta pemerintah daerah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perkawinan. Sebab, Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan hak reproduksi perempuan merupakan aspek yang sangat penting.
“Lebih konkrit, yakni menunda pacaran pertama, kawin pertama dan hamil pertama sebelum berumur 20 tahun. Peningkatan kemandirian di bidang sosial ekonomi dan peningkatan peran perempuan juga penting,” tandasnya.(yon)
Discussion about this post