Masyarakat kita, sama seperti seluruh masyarakat kompleks sebelumnya, berada di rollercoaster. Kekuatan sosial impersonal membawa kita ke atas, kemudian terjun tak terelakan
Penulis percaya apa yang dialami manusia di dunia ini tidak ada yang abadi. Baik perusahaan, perkumpulan maupun negara.
Pendapat ini sama seperti yang dikatakan filsuf Yunani, Thales. Kemudian juga pendapat Prof. Herman Soewardi dari Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung yang menulis buku “Roda Berputar Dunia Bergulir” serta pendapat Prof. Peter Turchin dari Amerika Serikat.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas khusus mengenai pendapat Prof. Peter Turchin, pria kelahiran Rusia 1957 yang berkewarganegaraan Amerika Serikat. Ia adalah merupakan profesor di University of Connecticut, Amerika Serikat.
Turchin merupakan seorang profesor dari departemen ekologi dan biologi evolusioner. Ia ahli di bidang matematika dari disiplin ilmu cliodinamycs, yang percaya bahwa peristiwa sejarah seperti tumbuh dan runtuhnya kerajaan atau agama diikuti dengan pola yang dapat didefinisikan dengan jelas.
Turchin menulis sebuah artikel pada tahun 2016. Ia mengatakan Amerika akan runtuh pada tahun 2020 –an. Demikian halnya juga akan dialami Eropa dan negara-negara Barat.
Inilah prediksi berdasarkan ilmu pengetahuan yang solid bukan ramalan.
Turchin berkata” Masyarakat kita, sama seperti seluruh masyarakat kompleks sebelumnya, berada di rollercoaster. Kekuatan sosial impersonal membawa kita ke atas, kemudian terjun tak terelakan”.
Kekacauan didorong oleh faktor jumlah orang-orang kaya atau kalangan elite dalam masyarakat tumbuh besar dan jurang pemisah antara mereka dengan warga miskin kian lebar.
Kemudian ini mendorong kompetisi di kalangan elite, lalu secara bertahap melemahkan semangat kerjasama. Semakin banyak pesaing, semakin banyak yang kalah. Lalu semakin banyak yang tidak puas.
Selain itu, menurut Turchin, stagnasi dan penurunan standar hidup, karena menurunnya kesehatan fiskal negara akibat pendapatan negara berkurang, dapat pula memicuh keruntuhan.
Turchin menegaskan, teorinya dapat membantu masyarakat menghindari nasib suram. Dengan cara mengamati tren dan menghentikannya sebelum menimbulkan masalah bagi masyarakat.
“Kita dapat menghindari yang terburuk, mungkin beralih ke trek yang kurang mengerikan. Mungkin dengan jalan mendesain ulang rollercoaster” pungkasnya. (Seperti yang ditulis Khairisa Ferida di Liputan6.com pada 05 Januari 2017).
Apakah pendapat Turchin ini akan terbukti atau tidak? Waktu lah yang akan menentukan nanti.(Ditulis oleh: Kurnianto Purnama, SH, MH, Praktisi hukum yang tinggal di Jakarta)
Discussion about this post