BANDUNG | WALI MEDIA,- Pemerintah Kota Bandung diminta untuk mengurangi kegiatan-kegiatan seremonial yang menghambur-hamburkan angaran.
Alasannya, kegiatan seremonial, seperti perjalanan dinas atau study banding yang menghabiskan anggaran ratusan miliar, berbanding terbalik dengan anggaran pelayanan kepada masyarakat.
Demikian disampaikan Anggota DPRD Kota Bandung, Andri Gunawan saat menjadi narasumber di Basa Basi Podcast di sekretariat PWI Kota Bandung Jl.Ahmad Yani No.262, Senin (26/8/2024)
“Kita itu harus mikirin sekarang bagaimana over head cost kita itu rendah tetapi service cost kita bisa naik. Jadi hal-hal yang bersifat seremonial sudahi-lah,” ujar politisi asal PDIP ini.
Menurut Andri, saat ini yang dibutuhkan intervensinya dari pengelola kebijakan adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan sejak usia dini (PAUD). Apalagi dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas SDM menuju Indonesia Emas 2045.
“Saya mau PAUD kita semua memiliki standar pengajaran dan standar pelayanan yang sama, pemerintah harus intervensi. APBD kita itu Rp7,4 triliun, tapi masa harus terus-terusan habis untuk urusan studi banding,” ungkapnya.
“Terus masa terus-terusan dipake untuk peresmian kantor anu-lah, dengan seragam yang sama, snack dan juga panggung segala macem. Nah kita mau ngapain?” sentil Andri.
Untuk mempersiapkan SDM (sumber daya manusia) Kota Bandung menuju Indonesia Emas 2045, kata Andri, dibutuhkan road map yang jelas dan anggaran yang cukup besar.
“Saya memandang roadmap-nya sudah ada, namun sayang tidak didukung dengan anggaran yang serius,” tandasnya.
Selain menyoroti soal anggaran, saat podcast di Pokja PWI Kota Bandung juga Andri mengapresiasi program Cempor yang dinilai baik dan sudah dilaksanakan Pemkot Bandung melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bandung.
“Saya sudah melihat upaya ini ada. Di Dispora ada program yang namanya Cempor. Kalau yang jelek kita maki, kalau yang bagus ya kita puji,” ujarnya.
Namun lagi-lagi disayangkan, anggaran untuk kegiatan Cempor dibawah angka untuk perjanan dinas.
“Cempor ini, anak-anak dikumpulin dikasih soft skill. Dikasih kemampuan fotografi, video segala macem. Hanya saja anggarannya dalam satu tahun cuma Rp1 miliar, sementara perjalanan dinas kita anggarkan dalam setahun lebih dari Rp100 miliar, untuk belanja mamin (makan minum) overhead cost itu Rp100 miliar lebih,” ungkapnya heran.
“Sementara program bagus hanya dikasih satu miliar setahun. Kalau saya buka data APBD barangkali mengerikan lah, saya takut ada demo lagi berjilid-jilid,” tutur Andri, yang hingga kini masih menjabat Ketua Karang Taruna (Karta) Kota Bandung ini.(*)
Discussion about this post