SOREANG | WALIMEDIA- Para bakal calon di Pilkada (Pemilihan kepada daerah) serentak 2020 di Kabupaten Bandung bersaing secara ketat untuk memperebutkan kursi Bupati dan Wakil Bupati.
Pilkada kali ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan Pilkada tahun 2015 lalu yang sebelumnya tidak mengusung artis.
Hal itu disampaikan oleh pengamat politik Unviersitas Pasundan (Unpas) Bandung, Adiyana Slamet, Minggu (30/8/2020).
“Kalau dilihat dari historis Pilkada, tahun 2015 itu di kabupaten Bandung tidak ada yang mengusung artis, bahwa ini dinamika elektoral yang paling unik, paling rame di kabupaten Bandung sepanjang sejarah Pilkada, ” ucapnya kepada WALIMEDIA melalui sambungan telepon.
Sampai saat ini sudah ada empat bakal calon bupati dan wakil bupati yang diusung oleh masing-masing partai. Diantaranya Yena Iskandar Ma’sum-Atep Rizal dari koalisi PDIP-PAN, Gun Gun Gunawan-Dina Lorenza dari koalisi PKS-Demokrat, Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan dari koalisi PKB-Nasdem serta Nia Agustina-Usman Sayogi dari koalisi Golkar-Gerindra.
Dosen komunikasi politik Universitas Pasundan itu melanjutkan masing-masing pasangan calon itu akan memperebutkan masa mengambang yaitu daftar pemilih tetap yang tidak memiliki relasi ideologi partai.
“Saya memperkirakan masa mengambang sekitar 65% dari daftar pemilih tetap, sisanya memang pemilih yang sudah mempunyai relasi politik, relasi ideologi dengan partai pengusung, ” jelasnya.
Adiyana mengatakan gerbong politik dari Obar Sobarna saat ini tengah ‘terancam’ dengan hadirnya para pesohor yang menghiasi perhelatan Pilkada kali ini.
“Maka misalkan dalam konteks oligarki politik atau dinasti politik kabupaten Bandung yang kemudian turun pada anaknya pa Obar serta istinya pa DN (Dadang Naser). Saya pikir ini dari partai Golkar sendiri harus memutar otak betul untuk menghadapi Pilkada serentak Desember nanti kalau melihat situasi politik saat ini,” pungkas Adiyana.
(Alv)
Discussion about this post