PEMUDA sering disebut sebagai agent of change atau agen perubahan. Betapa tidak, semua potensi baik fisik maupun mental ada pada diri para pemuda. Kondisi tubuh yang kuat dan prima ditambah dengan keteguhan sikap ketika sudah mengambil suatu pemahaman, menjadikannya sosok-sosok yang diandalkan dalam suatu proses perubahan.
Potensi pemuda tidaklah main-main, sejarah membuktikan pada setiap peristiwa-peristiwa besar tidak terlepas dari peran para pemuda. Di tanah air sendiri ketika perubahan dari masa Orde baru ke reformasi, para pemudalah ( mahasiswa) yang paling berperan dalam menggulirkan masa perubahan besar ini.
Dari sini, tampaknya pemerintah pun menyadari potensi besar yang dimiliki para pemuda. Di Jawa barat sendiri, pemerintah membuat sejumlah program kepemudaan. Salah satunya adalah dengan diselenggarakannya Pemuda Pelopor Jawa Barat dari berbagai bidang kepeloporan yang dilaksanakan sejak 24 April 2022 lalu.
Terdapat 5 bidang kepeloporan yang dinilai yaitu Bidang Pangan, Bidang Pendidikan, Bidang Agama, Sosial dan Budaya, Bidang Inovasi dan Teknologi, serta Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Pariwisata.
Melejitkan potensi pemuda memang menjadi kewajiban negara, agar potensi ini dapat diarahkan untuk mewujudkan tujuan bernegara. Bukanlah suatu hal yang dibesarkan, melainkan begitu adanya. Para pemudalah yang akan menjadi tonggak perubahan suatu negeri, terlepas ke arah mana perubahan itu tertuju. Ke arah yang lebih baik ataukah sebaliknya. Kembali, hal tersebut akan bergantung pada kualitas para pemuda di negeri tersebut.
Jika mau berkaca pada negeri mana yang berhasil mewujudkan perubahan gemilang dengan pemuda sebagai pilar pendukungnya maka tidak berlebihan bila kita berkaca pada negeri Islam. Suatu negeri yang dipimpin oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh para pemimpin umat Islam, yang disebut sebagai Khalifah.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhu- “Dahulu Bani Isra’il dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, ia akan digantikan oleh nabi (lain). Namun sungguh tidak ada nabi lagi sesudahku, dan sepeninggalku akan ada para khalifah lalu jumlah mereka akan banyak”.
Diceritakan di dalam berbagai literatur Sejarah, ada masa ketika umat Islam memiliki peradaban yang tinggi dan gemilang. Disana lahir negarawan sejati, para ilmuwan terbaik dari bidang sains, kedokteran maupun teknologi.
Saat itu umat Islam berpegang teguh pada ajaran agamanya dan menjadikan Islam sebagai asas pembangunan generasinya, termasuk sebagai asas sistem pendidikan dan asas bagi sistem-sistem lainnya, lahirlah generasi cemerlang yang mampu membangun peradaban yang juga cemerlang.
Mereka adalah generasi atau pemuda yang memiliki ketakwaan tinggi. Namun pada saat yang sama, mereka paham bagaimana menyikapi dan memberi solusi problem kehidupan dengan skill yang memadai dan sesuai aturan syariat. Orientasi hidup mereka tak hanya sebatas kepentingan diri, tetapi juga memiliki visi keumatan berbasis ajaran agama yang didukung oleh sistem hidup yang mumpuni.
Karena itu, para pemuda masa kini perlu mencontoh para pendahulunya, yaitu pemuda generasi sahabat. Mereka memegang Islam dengan kuat, memperjuangkannya di tengah kaum kafir Quraisy tanpa ragu, hingga mengorbankan nyawa demi tegaknya din Islam.
Ali bin Abi Thalib contohnya, seorang pemuda yang masuk Islam pada usia 7 tahun. Saat itu, ia mampu membedakan mana yang benar dan salah. Dengan kecerdasannya, ia selalu membantu Nabi saw. hingga berani menggantikan Nabi saw. saat rumah beliau dikepung tentara Quraisy.
Contoh lain adalah Umar bin Khaththab. Ia masuk Islam pada usia 27 tahun. Sebelumnya, ia menjadi orang nomor satu yang memusuhi Islam, tetapi setelah mendengar QS Thaha, hatinya bergetar dan akhirnya beriman. Semenjak saat itu, Umar mencintai Islam, bahkan menjadi orang terkuat dalam melawan kafir Quraisy. Tidak hanya itu, dengan kepribadian Umar, setan saja takut saat mendengar langkahnya.
Dan masih banyak sosok-sosok pemuda ketika era keemasan Islam yang bisa dicontoh oleh para pemuda masa kini. Agar bisa juga mengikuti langkah mereka dalam membangun suatu negeri yang diberkahi seperti dulu.
Penulis : Lilis Suryani ,Pegiat literasi
Discussion about this post