CIANJUR, (WM) – DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jawa Barat (Jabar) mengunjungi pesantren dan tempat Ibadah yang ada di Cianjur Senin (27/2/2018). Pada kesempatan tersebut, KNPI membubuhkan komitmen penolakan atas politisasi agama bersama seluruh elemen masyarakat seperti organisasi masyarakat (Ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP).
Berdasarkan fakta di lapangan, KNPI menemukan saat ini khususnya menjelang dimulainya kontestasi politik seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada), politisasi agama dan isu-isu sara banyak dihembuskan oleh para peserta politik. Sehingga situasi ini dianggap genting, dan patut untuk dibahas agar mebukakan kesadaran masyarakat utamanya dalam berpolitik.
Ketua DPD KNPI Cianjur, Supriadi menjelaskan, saat ini agama serta tempat ibadah seringkali dijadikan ajang berpolitik oleh para peserta pilkada. Tidak sedikit dari mereka, yang lebih memanfaatkan kepentingan agama ketimbang program yang akan dicanangkan.
“Dialog kebangsaan ini sengaja digelar menjelang pilkada, sehingga diharapkan seluruh unsur elemen masyarkat yang hadir bisa sadar jika agama bukan ajang berpolitik,” jelasnya.
Selain itu, kata Supriadi, kehadiran KNPI di lingkungan pesantren dan tempat ibadah juga tak lain untuk menanamkan jiwa kebangsaan. Sebab, di dalam komitmen penolakan politisasi agama, terlibat pemuda dan santri dalam menjaga mesjid serta pesantren sebagai pemersatu bangsa.
“Kita secara bersama seluruh unsur elemen masyarakat sembari berpegangan tangan, mendeklarasikan komitmen ini yang intinya adalah menjaga keutuhan bangsa,” tegasnya.
Hal senada, diungkapkan Sekjen MUI Kabupaten Cianjur, KH Ahmad Yani. Dirinya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh KNPI tersebut. Gerakan yang dianggapnya sebagai tindakan tepat, saat situasi tengah sulit.
“Kehadiran KNPI di pesantren dan tempat ibadah bisa menambah nilai-nilai kebangsaan terhadap para santri,” ujarnya.
Ahmad Yani, juga mengatakan, jika ia mendukung seratus persen komitmen yang dijalin ini supaya pada pelaksanaannya nanti pada pilkada tidak ada lagi politisasi agama.
“Agama bukan senjata untuk memenangkan politik. Tempat ibadah juga bukan lokasi berkampanye, sehingga komitmen ini harus secara nyata dilakukan oleh masyarakat,” pungkasnya.(EG)
Discussion about this post