BANDUNG | WALIMEDIA – Pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang akan berlangsung pada 29 Juni 2020 mendatang, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung menargetkan 18.000 orang menjadi akseptor Keluarga Berencana (KB). Hal ini merupakan bagian dari gerakan nasional 1 juta akseptor se-Indonesia.
Kepala DPPKB Kota Bandung, Andri Darusman mengaku sudah memulai menerima kembali akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) setelah sekian lama tutup layanan karena pandemi Covid-19. Selama wabah ini, DPPKB hanya membuka layanan kontrasepsi pil dan kondom.
“Kami sementara tidak menerima pemasangan kontrasepsi jangka panjang. kalau tidak ada keluhan, pil dan kondom saja yang kita fasilitasi secara langsung. Kalau ada keluhan baru kita rekomendasi untuk dilayani,” ungkap Andri dalam Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Kamis (25/6/2020).
Oleh karena itu, pada momentum Harganas ini, DPPKB membuka kesempatan bagi pasangan usia subur untuk memasang alat kontrasepsi demi mendukung program KB. Hal itu menjadi upaya untuk menciptakan keluarga yang berkualitas di masa depan.
Pasangan yang ingin mengikuti program ini bisa mendaftarkan diri kepada para kader Posyandu. Setelah itu, mereka akan mendapatkan layanan di fasilitas kesehatan terdekat.
“Kami sudah mendistribusikan alat kontrasepsi ke semua faskes, jadi insyaallah kalau warga ingin ber-KB tidak terkendala,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Keluarga Berencana DPPKB Kota Bandung, Sri Erna Puspita Sitepu menuturkan, hingga saat ini, penggunaan alat kontrasepsi di Kota Bandung sudah cukup baik. Setidaknya, 75% dari 365.000 pasangan usia subur telah menggunakannya. Harapannya, angka kelahiran di Kota Bandung bisa terkendali.
“Kalau di Kota Bandung bagus. Penerapan KB sudah baik, dilihat dari penggunaan KB oleh pasangan usia subur,” katanya.
Selain itu, angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) Kota Bandung berada di angka 1,97. Hal itu menunjukkan bahwa rata-rata seorang wanita melahirkan di masa suburnya adalah dua anak saja.
Di masa pandemi ini, tren kehamilan juga menunjukkan angka yang menurun. Namun, Sri tidak ingin cepat menyimpulkan, sebab data tersebut dinilai belum lengkap. Pada bulan Mei ini, angka kehamilan di Kota Bandung mencapai 2.210 kehamilan.
“Tren untuk kehamilan memang turun. Tetapi kami menganalisa, kemungkinan karena datanya belum semua masuk. Karena kita banyak petugas puskesmas yang WFH, atau Posyandunya tidak jalan. Karena ibu hamil biasanya datang ke Posyandu,” tuturnya. (nur/bud)
Discussion about this post