BANDUNG | WALIMEDIA – Mini Lab Food Security masuk jajaran 15 besar dalam kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (IPK) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Inovasi di bidang pangan itu kini dilengkapi dengan aplikasi e-wasmut.
Menurut Wali Kota Bandung, Oded M. Danial, inovasi ini sebagai solusi atas kekhawatiran Pemerintah Kota (Pemkot) terhadap kualitas pangan yang dikonsumsi masyarakat Kota Bandung. Tujuannya, agar pangan yang beredar di Kota Bandung terjaga keamanan dan kesehatannya.
“Kami ingin memberikan kepastian rasa aman dan nyaman bagi masyarakat Kota Bandung dalam mengkonsumsi pangan. Karena Bandung bukan kota produsen, tapi kota konsumen. Jadi kami ingin dapat kepastian pangan yang masuk ke Kota Bandung aman,” ucap Oded di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Jumat (3/7/2020).
Oded menuturkan, dengan adanya inovasi ini memerhatikan kesehatan dan keamanan bagi masyarakat. Selain itu juga membuka kesadaran para pedagang di 33 pasar tradisional serta 61 pasar modern untuk turut menjaga kualitas pangan di Kota Bandung.
“Dengan adanya inovasi ini terasa oleh kami pedagang memiliki kesadaran cukup tinggi. Ini yang terpenting peradaban mulai bergerak di Kota Bandung,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar menuturkan, saat ini mini lab food security sudah terdapat di seluruh pasar. Bahkan sejumlah pasar modern justru menghadirkan alat pengujian secara mandiri.
Gin Gin mengaku juga memberikan pembinaan dan pendampingan kepada para petugas mini lab di pasar. Sehingga pengujian bisa dilakukan tersendiri di masing-masing pasar dan dilakukan secara berkala.
“Sebanyak 33 pasar secara teknis mempunyai mini lab, jadi mereka bisa melakukan tes sendiri. Ada 7 alat untuk memeriksa kehalalan, kesehatan dan keamanan. Itu bisa dilakukan dengan cepat dalam waktu beberapa menit hasilnya bisa diperoleh,” terang Gin Gin.
Gin Gin menuturkan, hasil dari pemeriksaan di mini lab ini kemudian dimasukan ke dalam aplikasi bernama e-wasmut. Sehingga pengawasan mutu ini bukan hanya terdokumentasi secara rapih, namun juga terpublikasikan.
“Kemudian dari situ pelaporan hasil sebagai kinerja pemerintah termasuk publik bisa lihat dari hasil pemeriksaan lanjutan itu. Kita punya aplikasi e-wasmut. Jadi satu paket pemeriksaan dilakukan pengawasan ini dianggap jadi satu inovasi,” jelasnya.
Gin Gin mengungkapkan pihaknya juga memiliki Satuan Tugas (Satgas) pemeriksa pangan yang siap terjun ke lapangan. Tim ini berbekal sebuah mobil berisi mini lab mobile serta 5 unit sepeda motor untuk memudahkan pergerakan dan mempercepat respon temuan di lapangan.
“Setiap saat melakukan dan memastikan bahwa pangan yang beredar aman. Kadang kita membeli sampel, seperti kasus jamur enoki. Kita langsung periksa,” katanya. (asp/bud)
Discussion about this post