Sebagaimana diansir detikcom, langkah ini diambil setelah Fary tewas begitu menjalani uji terbang pesawat tanpa awak yang disiapkan bersama rekan-rekannya di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Selasa (6/6). Kala itu, Rasyid hendak menguji pesawat bernama Fixed Wing Aksantara itu dengan misi pengawasan atau surveillance sesuai kriteria Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI).
Tapi karena kontur tanah yang sudah tercampur lumpur, alat tersebut tidak begitu kuat menahan beban uji coba pesawat. Sampai akhirnya, pasak alat pelontar itu malah terhempas ke arah Fary di lokasi kejadian. Ia lalu tertusuk pasak tersebut di bagian rahang bawah kanannya.
Fary kemudian langsung dilarikan ke RSAU Lanud Sulaiman, sementara rekannya segera menghubungi pihak keluarga serta dosen pembimbing Aksantara. Namun sayang, nyawa Fary tidak bisa diselamatkan. Berdasarkan pemeriksaan elektrodiagram (EKG), Fary dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17.44 WIB karena mengalami luka tumpul.
Kepergian Fary pun membawa duka mendalam bagi Citivas Akademika ITB. Mewakili Rektor ITB, Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto turut berduka cita atas insiden tersebut.
ITB juga tak tinggal diam setelah insiden ini. Naomi memastikan ITB bakal melakukan investigasi dengan mengutus dosen pembimbing UKM Aksantara dan dosen FTMD.
“Investigasi dilakukan Dosen pembimbing UKM Aksantara dan dosen dari FTMD. Hingga saat ini belum ada kabar bahwa UKM Aksantara akan dibekukan, namun pimpinan ITB menghimbau agar semua mahasiswa yang berkegiatan di UKM untuk selalu bertindak hati-hati dalam berkegiatan,” katanya.
Hingga Selasa (11/6/2023), ITB kata Naomi masih menginvestigasi insiden kecelakaan tersebut. Menurutnya, diperlukan waktu sekitar dua pekan untuk mengetahui hasil dari investigasi yang kini dilakukan.
“Status Aksantara sedang dibekukan selama proses investigasi,” pungkasnya. (den)
Discussion about this post