Sahabat Nahdlatul Ulama (NU).
Pernahkah kita diabaikan orang, saat kita menujunya, hendak memuliakan sosok yang dihormati, untuk berjabat tangan, dan oleh yang bersangkutan, uluran tangan kita ia abaikan…lalu ia berlalu seperti tak melihat itekad baik kita ?
Melengos, tak menghargai kedatangan, dan uluran tangan kita.
Bagaimana perasaanmu sahabat ?
Sadiskah perilaku itu ?
Semoga hal itu tidak pernah terjadi pada para sahabat di NU.
Karena jika kita saling menghormati, dan bisa menghargai orang, itu bisa di tandai, dari kita mau bersalaman, dan berjabat tangan.
Hal sederhana sebetulnya salaman itu.
Dengan salaman maka akan membuat zat endorfin di otak kita akan merasa terpuaskan, dan bahagia.
Selanjutnya
Keakraban akan terasa.
Rasa saling menghargai menjadi spirit dalam pertemuan itu, lalu kesan yang timbul untuk diri kita, kita akan di anggap orang yang ramah, baik, supel, dan enak untuk dijadikan teman.
Maka jangan anggap enteng berjabat tangan.
Sebab karakter kita, insyaallah bisa terbaca dari bahasa tubuh yang sederhana ini.
Jangan anggap enteng berjabat tangan.
Karena dengan itu, kita bisa membuka pertemanan, melancarkan obrolan, dan membangun kemitraan untuk di masa depan.
Malah…
Bagi yang jomblo, yang sedang cari jodoh, perbanyaklah berjabat tangan dengan kenalan barunya…insyaallah itu akan membuka jalan mendapatkan jodoh.
Jika kita angkuh, sombong, merasa di atas angin, dan kita seakan segalanya…lalu dengan sombongnya, kita tak mau menerima jabat tangan dari seorang yang kita sudah kenali itu.
Akibatnya,
Akan hadir kerenggangan, ketidak percayaan lagi, kecewa berat dari sosok tersebut. yang pada akhirnya, pertemanan pun bisa hancur, persahabatanpun bisa pecah…
Padahal kita sebelumnya, selalu bisa memanfaatkan dirinya untuk kita suruh-suruh, untuk kita perintahkan, dia manut, kita bagai raja yang akan dia layani, tapi….
Sebab keegoan kita itu…
Yang lupa menjaga sikap…tidak mau berjabat tangan….
Ahirnya, ini akan memicu kesadaran baru, membuat kita terbangun dari mimpi buruk, hingga harga dirinya akan muncul, dan ia akan membaca selama ini dia telah dimanfaatkan, baik waktu, tenaga, dan fokusnya, untuk melayani seseorang dengan begitu antusiasnya, melebihi waktu untuk keluarganya sendiri.
Waadduhh!
Kok, baru sadar dimanfaatkan.
Belajar dari baiknya budaya berjabat tangan, maka tak ada ruginya kita mau bersalaman.
Dan dengan begitu, maka kita akan terhindar dari bacaan sesaat orang, yang bagai scaner sedang membaca karakter kita.(Ditulis oleh : Bambang Suprayogi, Penulis nakal dan Ketua LTN NU Kabupaten Bandung, Jawa Barat)
Discussion about this post