KOTA CIMAHI | WALIMEDIA – Pasca Pileg dan Pilpres, dinamika politik di daerah kini kembali bergeliat jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024. Tak terkecuali bagi masyarakat Kota Cimahi yang cukup menarik untuk dicermati lantaran dinamika perpolitikan di kota kecil ini cukup bergejolak.
Jika berkaca kebelakang, ada tiga dari total empat figur yang pernah menerima amanah sebagai wali kota definitif di Cimahi tersandung kasus korupsi. Praktis hanya satu yang tak terjerat kasus selama menjabat hingga habis masa kepemimpinannya yaitu Ngatiyana.
Direktur Indonesia Strategic Institute (Instrat), Adi Nugroho dalam kapasitasnya sebagai pimpinan lembaga survei, dan kajian pada isu-isu strategis, politik, dan sosial humaniora yang berbasis di Kota Bandung, mengungkapkan pihaknya telah melakukan serangkaian penelitian perihal Pilkada Kota Cimahi.
”Kami bahas dinamika Pilkada di Cimahi melalui diskusi intensif terbatas yang melibatkan partisipasi sejumlah pengamat dan praktisi politik yang berlangsung pada Rabu lalu,” kata Adi, kepada wartawan, Sabtu (27/4/2024).
Adi menyimpulkan terdapat beberapa calon potensial yang memiliki peluang besar maju pada kontestasi Pilkada Cimahi. Mereka adalah Ngatiyana, Acep Jamaludin, Adhitia Yudisthira, Bagja Setiawan, Dikdik Suratno Nugrahawan, Enang Sahri Lukmansyah, Faisal Haris, dan Ahmad Zulkarnaen.
Hanya Ngatiyana yang popularitasnya mendekati 70 persen, sedangkan yang lainnya masih dibawah 50 persen.
“Bahkan mayoritasnya berada di bawah 20 persen. Ini menunjukkan bahwa Kota Cimahi masih belum banyak bermunculan tokoh-tokoh potensial untuk berkompetisi menjadi Wali Kota Cimahi,” tuturnya.
Adi menjelaskan, isu bersih dari korupsi menjadi perhatian penting masyarakat Kota Cimahi. Lantaran mayoritas sebanyak 68 persen responden dari hasil surveinya, mengharapkan Wali Kota Cimahi kedepan adalah sosok yang jujur, bersih, dan dapat dipercaya.
“Selain figur yang bersih Kota Cimahi juga memerlukan sosok yang segar, muda dan energik selain sosok yang dikenal bersih dan berpengalaman,” ujarnya.
Karena itu kombinasi antara Paslon menjadi tantangan tersendiri bagi partai pengusung atau koalisi partai pengusung, karena jika Calon Wali Kota itu memiliki rekam jejak yang bersih dan berpengalaman, maka akan sangat bagus jika dipasang dengan Calon Wakil yang muda dan energik.
”Dari tokoh-tokoh yang kami sebutkan sebelumnya, sebagian di antaranya misalnya Enang Syahri dan Ngatiyana yang merupakan tokoh senior dan berpengalaman, maka sebaiknya yang menjadi pasangannya berasal dari kalangan muda,” tuturnya.
Adi menilai, pemimpin generasi tua ini nantinya akan lebih arif dan bijaksana, sedangkan kalangan muda diharapkan dapat menggerakkan kota dengan kreativitas dan inovasi.
”Kombinasi pasangan tua dan muda ini akan dianggap sangat ideal untuk saat ini dan dapat diterima publik lantaran telah dicontohkan pada Pilpres 2024 lalu dimana kombinasi kalangan tua Prabowo dan kalangan muda Gibran sukses memenangkan kontestasi,” tambahnya.(eri)
Discussion about this post