SUKABUMI, walimedia.com. – Dua bulan lebih musim kemarau melanda, tiga wilayah di Kota Sukabumi mengalami kekeringan. Ketiga wilayah tersebut yakni Kecamatqan Baros, Cibeureum dan Lembursitu (Bacile). Bahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi sudah menerima laporan adanya krisis air.
“Sejauh ini, ancaman kekeringan di daerah Bacile. Ancaman yang cukup serius ada di wilayah Lembursitu,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami, Selasa (14/8).
Meski ancaman cukup tinggi, tapi tidak semua di tiga wilayah kecamatan tersebut terdampak kemarau. Masing-masing hanya beberapa kelurahan saja. Namun, berdasarkan informasi yang diterima dari lapangan, ada juga beberapa titik di kecamatan lain yang mengalami kekurangan air bersih.
“Kami juga terima laporan dari Kelurahan Subangjaya, Kelurahan Benteng. Semua laporan diverifikasi dulu untuk menyesuaikan dengan bantuan yang akan diberikan,”katan Zul.
Diungkapkan, dampak musim kemarau ada klasifikasinya yakni, tipe meteorologi dan klimatologi dan tipe lahan kekeringan. Tipe meteorologi dan klimatologi disebabkan faktor cuaca, sedangkan tipe lahan kekeringan karena faktor konservasi yang kurang baik. Hal ini seperti halnya di Lembursitu.
“Sementara di daerah atas seperti Ciaul, konservasinya masih cukup bagus karena berada didekat sumber mata air. Jadi tidak terlalu dikhawatirkan,” katanya.
Pada umumnya, kekeringan di Kota Sukabumi karena faktor kurang bagusnya air bersih. Tidak seperti daerah lain yang kehabisan air, di Kota Sukabumi hanya kekurangan air bersih untuk kebutuhan makan dan minum. Sedangkan untuk keperluan lainnya masih mencukupi.
“Jadi, pasokan air paling hanya untuk kebutuhan pokok saja. Untuk kebutuhan mandi dan cuci masih normal. BPBD hanya menanggulangi dampak terhadap kebutuhan manusia. Kalau lahan pertanian menjadi kewenangan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Peternakan (DKP3) Kota Sukabumi,” jelasnya.
Jika ada warga yang kekurangan air bersih, BPBD berkordinasi dengan PDAM untuk menyalurkan air bersih. Petugas BPBD hanya ikut membantu pendistribusian di lapangan. Sebab, BPBD tidak memiliki sumber air dan armada untuk penyalurannya.
“Kalau ada kekurangan air, leading sektornya PDAM BPBD hanya menajemen saja. Terakhir, kami menerima laporan kekurangan air di Gang Kalimantan. Selain petugas proaktif, kami juga berharap agar masyarakat melaporkan jika ada yang kekurangan air,” sebutnya.
Sementara itu hasil reles BMKG tambah Zul, puncak musim kemarau pada Agustus dan September dan Oktober sudah mulai masuk musim hujan . Namun, jika terjadi cuaca ekstrim akan berlajut sampai Desember 2018. Tapi tetap diantisipasi, karena tidak menutup kemungkinan ekstrimnya bisa sampai Desember. Kalau hanya sampai September, kebutuhan air selain untuk minum masih cukup,” pungkasnya. (ardan)
Discussion about this post