Keren! Anak-anak Disleksia Kota Bandung Pamerkan 300 Karya

“Masyaallah, tabarakallah. Ternyata di balik apa yang terlihat kekurangan, ada kelebihan. Mereka punya kemampuan hebat mulai dari fotografi, melukis, sampai mengimplementasikan ide-ide mereka dalam bentuk karya nyata,” ujar Erwin.

Pameran ini menampilkan karya seni dari anak-anak jenjang TK hingga SMA, termasuk instalasi visual, lukisan, patung, puisi, tari, hingga fotografi.

Menurut Erwin, pameran ini membuktikan bahwa kreativitas adalah bentuk kecerdasan yang tidak bisa diukur hanya dari angka atau huruf.

“Anak yang lambat membaca bukan berarti lambat berpikir. Kreativitas mereka adalah bahasa universal yang bisa menyentuh hati siapa saja,” tambahnya.

Lebih lanjut, Erwin juga mengapresiasi kepada para pendidik di Yayasan Lentera, yang berhasil menggali potensi anak-anak secara maksimal. Ia juga membuka peluang kerja sama antara yayasan dan Pemerintah Kota Bandung.

“Kami harus hadir dan membantu lembaga yang punya misi sosial,” ujarnya.

Erwin menyebut, Pemkot Bandung tengah menyiapkan program daycare untuk anak berkebutuhan khusus.

“Kami ingin program ini bisa menjangkau semua anak,” ujarnya.

Erwin juga mengajak semua pihak untuk lebih terbuka dan lembut dalam melihat dunia pendidikan. Ia mengingatkan agar tidak memaksakan standar yang sama untuk anak-anak yang memiliki potensi berbeda.

“Yayasan Lentera sudah membuktikan bahwa dengan cinta dan kepekaan, anak-anak yang dianggap berbeda ternyata luar biasa. Jangan remehkan anak hanya karena dia tidak cocok dengan sistem umum,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Lentera Insani Kreatif, Laurentia Mira, menyambut hangat kunjungan Erwin.

Dalam sambutannya, ia mengungkapkan, sekolah-sekolah di bawah naungan yayasan ini adalah sekolah inklusi yang percaya bahwa setiap anak punya potensi terbaik.

“Kami percaya, jika orang dewasa bisa mengakomodasi dengan tepat, maka setiap potensi anak akan tumbuh menjadi kompetensi,” ujarnya.

Yayasan Lentera Insan Kreatif menerima dan mendampingi anak-anak dengan disleksia, ADHD, autisme, hingga anak-anak berbakat (gifted) yang mungkin kesulitan beradaptasi di sekolah umum.

“Kami bangga bisa menjadi Eco School. Anak-anak kami diajak mengelola sampah sendiri, bukan hanya teori, tapi praktik langsung,” kata Laurentia.

Ia berharap kunjungan Wakil Wali Kota Bandung bisa membuka jalan untuk kolaborasi lebih lanjut, khususnya dalam penguatan pendidikan inklusif dan pelibatan komunitas.

Acara Unlocked! Spectrum Gallery menjadi bukti bahwa seni bisa menjadi ruang inklusif untuk menunjukkan potensi terbaik anak berkebutuhan khusus. **