Bandung – Soreang | Warga yang menjadi korban dalam banjir bandang Sungai Ciwidey, Rabu (3/5) lalu dan mengakibatkan beberapa rumah hanyut, rusak dan tergenang meminta kejelasan kepada pemerintah Kabupaten Bandung terkait rencana perbaikan rumah yang rusak akibat banjir. Apalagi, hingga satu pekan sejak kejadian banjir belum ada kejelasan.
Ketua RW 16 Kampung Kidul Barat, Desa Ciwidey Kabupaten Bandung, Suyoto (73) berharap kepada pemerintah Kabupaten Bandung untuk menginformasikan sekaligus memastikan apakah rencana perbaikan rumah korban banjir Bandang Ciwidey dilakukan atau tidak.
“Harapan mah, soal rencana perbaikan rumah yang rusak itu ada atau tidak dari pemkab Bandung supaya jelas karena warga berharap,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (11/5).
Ia menuturkan, warga hingga saat ini belum mendapatkan informasi sama sekali tentang rencana perbaikan rumah tersebut. Namun, barangkali katanya saat ini pemkab bandung tengah membahas hal tersebut. Sebab jika rencana itu sudah jelas maka informasi akan segera disampaikan melalui desa.
Menurutnya, saat ini lokasi rumah yang terbawa hanyut dan rusak oleh banjir bandang sungai Ciwidey sudah dibersihkan. Sehingga, tidak ada lagi puing-puing sisa reruntuhan rumah atau tembok penahan air..
Dirinya menambahkan, seluruh korban yang rumahnya terkena dampak mengungsi di rumah saudaranya. Sementara bantuan dari masyarakat berupa bahan pokok terus mengalir.
Sebelumnya, Bupati Bandung, Dadang M Naser mengungkapkan pemerintah Kabupaten Bandung belum bisa menggunakan “dana on call” untuk memperbaiki rumah-rumah rusak akibat banjir bandang yang terjadi Rabu (3/5) kemarin. Saat ini, pihaknya masih fokus menolong korban terkena dampak.
“Untuk pembangunan (perbaikan) belum bisa serta merta menggunakan dana on call,” ujarnya kepada wartawan di Soreang, Senin (8/5). Dirinya mengaku sering mempertanyakan kepada pemerintah pusat kenapa dana on call tidak bisa digunakan perbaikan rumah.
Menurutnya, semestinya dana on call bisa digunakan untuk perbaikan rumah yang terkena dampak bencana. Terkait dengan angka kerugian akibat banjir bandang Ciwidey belum bisa diketahui sebab belum menerima laporan.
Katanya, penyebab terjadinya banjir bandang Ciwidey dikarenakan kondisi hutan yang rusak, pola tanam pertanian yang berdampak pada kurangnya resapan air. Oleh karena itu diperlukan kepedulian dari masyarakat yang berada di hulu dan yang di hilir.
“Pola tanam kemiringan 40 derajat tidak boleh oleh sayur mayur tapi kopi. Dibawah 30 derajat bisa ditanami sayuran tapi harus ada terasing,” ungkapnya.( Rustandi)
Dadang menambahkan selain mendorong dibuat biopori, pihaknya sudah bekerjasama dengan Perhutani untuk mengelola lahan kritis sebanyak 400 hektar. Dimana, masyarakat dan perguruan tinggi diajak untuk mengelola lahan. (Fazar)
Discussion about this post