CIWIDEY | WALIMEDIA – Berbekal pengetahuan dan modal dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung, akhirnya ia tertarik untuk membudidayakan maggot atau serangga Black Soldier Flies (BSF).
Terlebih selain dapat mengurangi volume sampah organik, budidaya maggot juga dapat menghasilkan rupiah cukup lumayan.
Demikian pengakuan Rahmat Setiadi (47), warga Kampung Simpang, desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung yang kini mulai tertarik melakukan budidaya maggot.
“Budidaya maggot dimulainya sejak November 2020. Awalnya kami mendapatkan bantuan berupa 5 gram telur, pupa 1 kilogram dan maggotnya sebanyak 1 kilogram pemberian dari dinas (Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Bandung-red),” cerita Rahmat saat ditemui di lokasi pembudidayaan maggotnya di Kampung Simpang, Minggu (31/01/2021).

Dalam melakukan pengembangbiakan maggot, Rahmat menanfaatkan sampah-sampah organik dari rumah warga atau pasar-pasar BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).
Sebagaimana diketahui sampah organic merupakan tempat hidup (habitat) dan berkembangbiaknya maggot.
Adapun siklusnya dimulai dari Telur kemudian Maggot, pupa hingga menjadi lalat BSF (Black Soldier Fly). selama 3 minggu menjadi Pupa dan Terakhir menjadi
“Sampah organiknya itu untuk (hidup) Maggot, terus kalau dikasih ke Pupa itu menjadi pupuk organik. Jadi Maggotnya buat pakan hewan dan Pupanya buat ngebantu proses menjadi pupuk organik,” papar Rahmat.
Dengan mengambil sampah-sampah dari rumah warga dan pasar yang ada sekitarnya, setidaknya Rahmat dan rekannya telah ikut serta membantu pemerintah dalam hal meminimalisir volume sampah.
Selain menjadi solusi alternatif penanganan sampah organic (sisa makanan, sayuran dan sejenisnya), kata Rahmat budidaya maggot juga bernilai ekonomi cukup menjanjikan.
Maggot yang memiliki protein tinggi dan bisa dijadikan pakan (makanan) ternak, sehingga bisa dijual dengan harga mahal.
“Maggot punya protein yang tinggi. Jadi bagus untuk dijadikan pakan ternak. seperti makanan ayam, ikan, burung dan lain sebagainya. Nah, kalau yang bisa dijualnya kalau masih telur bentuknya, satu gramnya dihargai sekitar 10 ribu rupiah. Sedangkan pas sudah jadi Maggot 1 kilogramnya bisa dihargai sampe 80 ribu rupiah,”ujar Rahmat saat ditemui di lokasi budidaya maggot di Kampung RT 01 RW 11 desa Rawabogo, Minggu (31/1/2021).
Oleh karenanya, meski Rahmat mengaku bahwa budidaya maggot yang dilakukan masih tahap perkembangan, belum mencapai tahap pemasaran dan menghasilkan rupiah, namun Rahmat berharap warga lain dapat mengikuti jejaknya untuk membudidayakan maggot.
“Rencananya di setiap RW (rukun warga) di Desa Rawabogo minimal ada warga yang mengelola Maggot, itu rencananya. Jadi lumayan buat kebutuhan ekonomi kedepannya dari hasil budidaya Maggot,” pungkas Rahmat.(Alv)
Discussion about this post