MELIHAT kondisi saat ini dimana kasus yang terpapar virus covid-19 semakin meningkat, semua orang pasti merasakan kekhawatiran. Provinsi Jawa barat sendiri selalu ada pada posisi tertinggi dalam positive rate Covid-19. Lebih khawatir lagi para orang tua yang mempunyai anak balita dan remaja. Pasalnya bukan hanya diri mereka sendiri yang terancam virus, namun ternyata saat ini ada peningkatan kasus positif dari kalangan anak dan remaja di wilayah kabupaten Bandung. Akhirnya berbagai spekulasi pun muncul kenapa Pandemi ini belum juga berakhir, bahkan dari hari ke hari korban yang terpapar maupun yang meninggal dunia semakin banyak.
Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung, per tanggal 24 Juni 2021 terdapat 570 anak di bawah umur lima tahun (balita) yang terpapar Covid 19. Sementara, sebanyak 3.149 anak direntang umur 6 sampai 19 tahun yang terkonfirmasi Covid 19. ( JabarExpress.com)
Masyarakat mulai mempertanyakan penanganan Pandemi yang berkepanjangan ini. Apalagi ada kemungkinan Fayankes akan collapse dalam dua pekan ke depan jika kondisi Jabar tetap seperti ini. Sehingga opsi lockdown mulai mengemuka kembali. Namun, pemerintah menegaskan bahwa hal itu tidak bisa dilaksanakan. Dikarenakan Jabar tidak punya anggaran yang cukup untuk melakukan lockdown.
Di sisi lain, peningkatan kasus covid-19 yang mengguncang Jabar ini tak ayal juga mengguncang ranah keluarga terutama kesehatan generasi. Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa yang harus mendapatkan perhatian jauh lebih besar oleh pemerintah. Jika kesehatan mereka terganggu maka keberadaan generasi penerus pun akan terancam. Semua ini tentu tidak boleh dibiarkan, maka dari itu dibutuhkan solusi mendasar untuk menyelesaikan problematika yang saling terkait ini.
Dalam hal ini Islam sejak lama mempunyai solusinya. Berdasar pada paradigma bahwa kesehatan adalah hak setiap warga negara. Selain itu kesehatan juga dipandang sebagai kebutuhan warga negara, individu per individu, muslim maupun nonmuslim tanpa pandang bulu.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: “Siapa saja yang memasuki pagi hari mendapatkan keadaan aman (dalam) kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya”. (HR Bukhari).
Hadis ini menggambarkan kepada kita bahwa Islam memberikan perhatian yang sangat luar biasa terhadap kesehatan setiap warga negara.
Dalam pelaksanaannya, kepala negaralah, yaitu Khalifah yang bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan semua warga negara.
Rasulullah Saw. bersabda: “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Jika di dalam sistem kapitalisme yang saat ini mendominasi, pemerintah selalu beralasan tidak ada anggaran untuk mengutamakan keselamatan dan kesehatan, sehingga roda perekonomian tetap harus berjalan walaupun sedang Pandemi. Maka di dalam islam hal ini benar-benar diniscayakan karena Islam memiliki seperangkat aturan, yang jika diterapkan akan mampu menolong para penguasa menunaikan seluruh amanah mereka. Termasuk aturan tentang perekonomian yang membuat negara memiliki modal besar untuk mensejahterakan dan menyelamatkan rakyat, terutama generasi penerus di saat terjadi wabah.
Maka, ketika hari ini wabah tampak begitu sulit diatasi, baik karena menghadapi kondisi dilematis terkait kondisi ekonomi atau karena ada kebijakan berbeda antarpenguasa negeri, atau karena negara-negara adidaya berkompetisi memanfaatkan situasi; dengan kepemimpinan Islam semua itu pasti akan mudah diatasi.
Melalui kepemimpinan Islam dapat dipastikan mampu menjadi jawaban atas tantangan kekinian, yaitu kondisi wabah dan krisis lain yang juga bersifat global. Karena kepemimpinan Islam juga bersifat global, satu kepemimpinan untuk semua.
Siapa pun paham, wabah tak akan mengglobal jika sejak awal si sakit segera diisolasi. Begitu pun dengan pintu-pintu penyebarannya, baik di negara atau wilayah asal maupun di wilayah penularan, semuanya juga harus segera dikunci.
Strategi mengunci ini dalam Islam justru merupakan tuntunan syar’i. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., yang artinya, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat, maka janganlah memasukinya, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu ada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).
Strategi ini akan mudah diterapkan karena konsep satu kepemimpinan tadi.
Negara atau penguasa tak boleh membiarkan masyarakat menantang bahaya hanya karena alasan ekonomi.
Di sinilah negara akan mengelola sumber-sumber keuangan yang ada, termasuk harta milik umum di kas negara untuk memenuhi hajat hidup masyarakat, khususnya mereka yang terdampak agar kesehatan mereka terjaga dan imunitasnya tinggi. Tentu tanpa iming-iming syarat atau prosedural yang memberatkan.
Dan ini semua, lagi-lagi niscaya. Karena negara global Islam ini merangkum seluruh sumber daya yang ada di berbagai wilayah dunia, termasuk kekayaan alam yang jumlahnya sangat luar biasa. Sehingga negara mempunyai modal yang cukup bahkan lebih untuk memfasilitasi semua kebutuhan rakyat baik dalam kondisi normal maupun saat kondisi Pandemi.
Edukasi dan riset pun akan di dukung penuh oleh negara sebagai perwujudan tanggung jawab kepemimpinan mengurus dan menjaga umat. Termasuk juga melindungi generasi dari ancaman kesehatan. Hal ini berjalan secara simultan dengan penerapan aturan lain yang semuanya ada dalam kontrol negara.
Demikianlah gambaran singkat sistem Islam dalam mengatasi pandemi. Tampak solusi Islam adalah solusi hakiki untuk menyelematkan umat dan generasi penerus. Hal ini sejalan dengan hakikat syariat Islam sebagai solusi kehidupan yang layak untuk diambil dan di aplikasikan. Wallahu’alam.(*)
Ditulis oleh : Lilis Suryani, Pengelola PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan Pegiat Literasi tinggal di Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Discussion about this post