BANDUNG | WALIMEDIA – Tak terasa Lebaran kurang dari dua minggu lagi. Sudah menjadi kelaziman jika setiap perayaannya di rumah-rumah selalu tersedia kue-kue kering untuk menyambut tamu yang datang. Banyaknya pesanan kue-kue tentu saja hal ini cukup menguntungkan bagi mereka yang menjualnya atau menjadi produsennya.
Untuk tahun ini sepertinya bisnis kue kering ini diakui terjadi penurunan yang signifikan. Hal ini diakui Denih (38) yang terjun menjadi distributor kue-kue kering asal Tasikmalaya.
Menurut Denih, untuk tahun 2019 ia bisa menjual sampai 1500 bungkus dengan ukurkan ½ kilogram. Sementara untukm tahun 2020 Akang yang satu ini mampu menjual sekitar 700 bungkus. Sedang tahun sekarang ia hanya berani menyetok di kisaran 500 bungkus.
“Saya bukan pesimis atau tidak yakin dengan rezeki Allah. Tetapi melihat kondisi yang ada ada saya tidak mau berspekulasi karena saya pun harus menghitung resiko yang akan terjadi,” tegasnya saat WMOL (29/4-2021) menghubunginya.
Secara omzet, kata Denih, tahun 2019 itu bisa mencapai angka di kisaran 40-50 juta secara keseluruhan sedangkan di tahun2020 berkisar antara 15-20 juta saja. Sementara untuk keuntungan bersihnya sekitar 20 % dari harga penjualan yang ada. Akan tetapi untuk Lebaran tahun ini Denih tidak terlalu berharap banyak. “Yang penting saya telah berupaya. Kita tunggu saja rezekinya seperti apa,” tambahnya.

Baginya, dia bertahan di bisnis kue kering ini karena sesungguhnya jika dalam kondisi normal bisnis ini cukup menjanjikan. Menurutnya, penurunan penjualan mungkin disebabkan karena daya beli masyarakat menjadi rendah karena adanya virus pandemic ini. Denih masih mampu bertahan karena memiliki konsumen setia yaitu rekan-rekan dan juga para reseller di Kota bandung dan sekitarnya.
“Kalau kita tidak memiliki jaringan dalam berbisnis, bisa jadi kita akan kalah bersaing dengan pengusaha lain tetapi bersaing secara sehat tentunya,” kata Ustad yang suka memberi ceramah pula.
Senada dengan Denih, Herningsih (42) mengatakan usaha kue keringnya mengalami penurunan yang cukup drastis karena pandemik covid 19. Tentunya dampak sangat terasa karena pemesanan kue yang tidak sebanyak pada dua tahun sebelumnya. Jika tahun 2019 itu persiapan sampai ke pengiriman bisa berlangsung dua bulan, kini justeru hanya membutuhkan waktu satu bulan saja. “Jika sebelumnya itu ia saya sebagai produsen kue bisa mengeluarkan samapai 1000 toples, kini paling sekitar 500 toples. Dulu omzet bisa mencapai 40-50 juta dengan keuntungan 50 % dari omzet. Ternyata kini palin g pada kisaran dua puluh juta saja,” kata wanita yang menamai bisnisnya dengan Herni Cookies ini.
Dalam bisnisnya Herni menjual kue-kue kering seperti nastar, castaengle, kue salju, kue kacamg mete dan lain-lain. Menurutnya, ia bertahan dalam bisnis semacam ini ingin menambah penghasilan keluarga karena semakin besar anak semakin banyak membutuhkan biaya dalam segala hal dan tentunya dengan bisnis ini pun bisa pula menghasilkan bisnis baru lainnya. “Terus terang saya ingin menjadi pebisnis kuliner yang tetap. Saya sangat bersyukur karena kue kering produksi saya ini tersebar di wilayah Kota Cimahi, Kota dan Kabupaten Bandung serta wilayah Bogor dan sekitarnya,” terang ibu dua anak kepada Walimedia dalam sebuah kesempatan.
Baginya, kendati suasana Lebaran ini mungkin bagi pebisnis cukup berat namun dirinya optimis ada rezekinya asalkan ia mau berusaha sekuat tenaga. Salah satu kiat dirinya agar bertahan dalam kondisi bisnis seperti ini, ya salah satunya adalah mempertahankan rasanya agar tetap disukaimkonsumen. “Karena tak ingin mengecwakan nkonsumen maka saya tetap mempertahankan ciri khas kue kering yang saya buat ini,” ungkap wanita yang sesama suami dan anaknya tinggal di Kota Cimahi.
Karenanya terlepas dari semua itu, bisnis ku kering Lebaran ini tetap memiliki peuang yang cukup besar karena termasuk usaha kuliner. Tinggal bagaimana mereka yang menerjuni bisnis itu mau berkreasi agar apa yang mereka hasilkan tetap disukai konsumennya.(deffy)
Discussion about this post