KAB. BANDUNG | WALIMEDIA- Tafaqquh fiddin. Mendalami ilmu agama. Tidak saja mempelajari dan menyebarkannya, melainkan juga istiqomah menerapkan (mengamalkan) nilai-nilai islami yang diperoleh selama menimba ilmu di kampus.
Demikian harapan (visi) pengelola Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Persis Bandung yang berlokasi di Jl. Ciganitri No. 2 Cipagalo, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.

“Kita ingin melahirkan mahasiswa yang tafaqquh fiddin.Ini menjadi profil lulusan,” ungkap Roni Nugraha, Ketua I Bidang Akademik STAI Persis Bandung, saat diwawancarai di kampusnya, Rabu (3/2/2021).
Untuk menjadikan mahasiswa yang tafaqquh fiddin, menurut Roni, setidaknya ada empat indikator yang menjadi target utama. Keempat indikator tersebut adalah pertama kedalaman spiritual, kedua berorientasi an-nihayah ar-ruju ilal bidayah jadi selalu menyadari bahwa hidup itu selalu kembali kepada Tuhan, ketiga memahami teori-teori dan keempat kritis terhadap teori-teori. “Itulah yang disebut Tafaqquh fiddin,”tandas Roni.
Sejalan dengan harapan (visi), maka pada periode 2021-2024 STAI Persis sedang merancang suasana religiusitas (keagamaan), selain suasana baru akademik.
“Selama ini kita masuk selalu stagnan mengikuti pola kerja jam delapan atau setengah delapan. Diharapkan kedepannya pas waktu adzan selesai (perkuliahan). Mau jam berapa pun adzan itu. Jadi (perkuliahan) harus mengikuti jadwal sholat, “jelasnya.
Dengan suasana seperti ini, kata Roni, akan bisa menjadi pembeda antara STAI Persis Bandung dengan kampus lain.
“Karena kalau melihat kampus lain itu mengikuti jam kerja bukan jam sholat. Kita akan mencoba itu secara bertahap. Jadi kedepannya jam pembelajaran itu dihitungnya jam sholat, ini masih tahap planning, ” tuturnya.
Awal Mula Berdiri
Berdirinya Kampus STAI Persis Bandung berawal dari PPT (Pondok Pesantren Tinggi) yang didirikan pada tahun antara tahun 1987 dan 1988 yang diinisiasi Ustad Latief Muchtar, salah seorang tokoh Persis (Persatuan Islam).
Kemdian pada tahun 1990, PPT berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ushuludin (STIU). Dimana pada waktu itu masih Ushuluddin Dakwah. “Jadi dakwah bukan sebagai fakultas, tapi waktu itu masih sebagai jurusan, ” kata Roni.
Dan pada tahun 1994, baru lah berganti nama menjadi STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Persis Bandung. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) tahun 1994 maka STAI Persis Bandung mulai menerima mahasiswa pada tahun 1995 sampai sekarang.
Saat menerima mahasiswa baru seusasi perubahan nama, STAI Persis untuk program strata S1 (sarjana) baru memiliki 2 fakultas dengan 2 jurusan. Yakni Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadits. Sementara untuk program diplomanya (D2) ada PGRA (Pendidikan Guru Raudhatul Athfal).
Kemudian pada tahun 2002 ada yang baru yaitu Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada tahun 2014 ada jurusan baru yakni PIAUD (Pendidikan Islam Anak Usia Dini) itu dari fakultas tarbiyah.
Lalu di tahun 2016, jumlah fakultas bertamabah lagi dengan adanya Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Ekonomi Syari’ah (Eksyar). Jadi, “Totalnya sekarang ada 4 fakultas 5 jurusan, Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Qur’an dan Tafsir, Fakultas Tarbiyah Prodinya PIAUD dan PAI, Fakultas Dakwah Prodinya KPI dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodinya Eksyar,” jelas Roni.
Untuk jumlah dosen tetapnya ada 36. 7 orang bergelar doktor (S3), 6 orang on going doktor. Sementara yang lainnya berlatar belakang pendidikan lulusan S2 untuk (Pasca Sarjana).
Dari segi keadministrasian dan tata kelola setingkat STAI Persis Bandung selama 3 tahun berturut-turut berhasil meraih peringkat ketiga Kopertais (Koordinator wilayah Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta) Jawa Barat untuk klaster Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (STAIS). Yakni tahun 2018, 2019, dan tahun 2020 .
“Prestasi dari kopertais ditingkat jabar itu sebagai cambuk bagi kita untuk terus melangkah dan melakukan perubahan,” pungkasnya. (Alv)
Discussion about this post