KABUPATEN BANDUNG BARAT | WALIMEDIA – Tarum merupakan istilah yang digunakan untuk aneka jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan zat pewarna biru alami. Zat pewarna alam tersebut pada masa silam biasa digunakan untuk mewarnai benang, kain, atau pakaian supaya berwarna biru.
Ketua Yayasan Buana Varman Semesta ( BVS), Gelar Taufiq Kusumawardhana dalam artikelnya menyebut bahwa serbuk daun Tarum dapat bermanfaat untuk kesehatan rambut.
” Dengan menggunakan prodak Serbuk Daun Tarum diharapkan kondisi rambut yang sehat menjadi lebih sehat, kondisi rambut yang kurang sehat menjadi sehat, kondisi rambut yang mengalami kerontokan menjadi tumbuh, dan kondisi rambut yang beruban menjadi hitam sejak dari akarnya” tulisnya.
Selain itu, Gelar menyatakan bahwa aspek peluncuran Serbuk Daun Tarum yang dihasilkan melalui riset dan ujicoba sederhana oleh Yayasa Buana Varman Semesta, selain dalam rangka ikhtiar untuk menyelaraskan gagasan keilmuan, konservasi, dan ekonomi sehingga tumbuh geliat dan manfaat dari aktifitas yang dilakukan oleh komunitas pecintanya.
Sebagai ketua bidang ekonomi BVS,Gelar Taufiq Kusumawardhana yang lahir di Bandung, 24 Oktober 1982 mempunyai perjalanan akademisi yang terbilang unik.
Pada tahun 2001-2003 ia sempat kuliah di Jurusan Aqidah Filsafat IAIN SGD Bandung (sekarang UIN SGD Bandung) tapi tidak selesai. Kemudian pindah kuliah dari tahun 2003-2010 ke Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI juga tidak selesai.
Kemudian menyelesaikan kuliah S1 nya di Jurusan Pendidikan Geografi UNIBBA dari tahun 2011-2014. Pada tahun 2021 mulai mencoba untuk kuliah lagi S2 di Jurusan Sejarah Peradaban Islam Pasca Sarjana UIN SGD Bandung sampai sekarang memasuki semester ke-2.
Waktunya lebih banyak dihabiskan dalam proses belajar dan berkarya di luar sektor formal; menulis, menanam pohon, diskusi, jalan-jalan, berniaga, dan membangun pusat studi Sunda The Varman Institute dan Yayasan Buana Varman Semesta bersama teman-temannya.
Spektrum keilmuan yang digelutinya luas dan majemuk karena meneladani pendekatan dan paradigma keilmuan model Islamic Golden Age yang bersifat polymath, polyglot, dan non secular. Paradigma itu yang sekarang tengah disosialisasikannya kembali. (Lis)
Discussion about this post