BANDUNG I WALIMEDIA – Harga ayam potong di kota Bandung sampai saat ini tetap tinggi, bahkan menembus sampai harga Rp.42.000/kg – Rp45.000/kg.
Menurut salah seorang pedagang ayam di Pasar Kosambi Bandung, salah satu faktor penyebab kenaikan harga daging ayam karena harga pakan yang naik, kemudian permintaan meningkat.
Pedagang yang sudah berbisnis ayam sejak tahun 1983 tersebut mengatakan, bagi pedagang, harga melonjak tinggi malah merugi. Hal lain yang menyebabkan harga ayam melambung tinggi menurut pedagang tersebut adalah soal mata rantai pasok.
Rantai pasok di toko ritel dan di pasar tradisonal jelas berbeda. Kalau di toko ritel, ayam yang didapat sudah langsung dipotong dari distributor dan tinggal dijual.
“Sedangkan di pasar tradisional alurnya lebih panjang. Pertama dapat dari peternak, kemudian dari distributor. Di pasar ada bandar lagi, dari bandar baru ke pengecer. Dari distributor ke bandar pasti ambil untung lagi. Makanya bisa terjadi perbedaan,” tutur pedagang tersebut.
Menurutnya, di pasar tradisional rata-rata menjual daging ayam per kilogram. Sementara di toko ritel tidak per kilogram.
Dia mengatakan, idealnya harga jual ke konsumen dibawah Rp40,000 atau Rp.35.000 sampai Rp. 38.000
“Sekarang kondisi di pasar tempat saya berjualan pun sepi. Tentu saya berharap dalam waktu yang tak lama lagi harga ayam di kota Bandung kembali normal,” ujarnya.
Menurutnya, dulu sekita tahun 80 an harga ayam dan daging sapi selisihnya hanya Rp.1000/kg . Nah sekarang dalam waktu sekian puluh tahun selisihnya sangat besar. Misalnya harga ayam potong sekarang Rp.45.000/kg dibilang mahal, tapi harga daging Rp.140.000/kg kenapa tidak dibilang mahal.
“Dulu di tahun 80 an itu harga daging sapi perkilonya Rp.6000 sedangkan harga ayam sekitar 5000 an/kg,” tutur pedagang tersebut. (den)
Discussion about this post