CIMAHI | WALIMEDIA.ID, – Tragedi longsornya timbunan sampah di Kampung Cirendeu yang menewaskan 157 orang harus menjadi cermin bagi masyarakat untuk tidak menganggap sepele masalah sampah.
Hal itu diungkapkan Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira menghadiri peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) ke 20 yang berlangsung di Kampung Adat, Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Jumat (21/2/2025).
Kehadiran Adhit pada HPSN tahun 2025 ini merupakan kegiatan hari pertamanya berdinas selaku Wakil Wali Kota (Wawalkot) Cimahi usai dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto.
Kehadiran Wakil Wali Kota Cimahi, Adithia, di Kampun Cirendeu seolah memberi angin segar dan harapan baru bagi warga. Terlebih Adhitia akan menjadikan Cirendeu menjadi kawasan wisata budaya.
Menurut Adhit, peristiwa longsornya timbunan sampah yang menewaskan 157 orang pada tahun 2005 lalu, yang kemudian diperingati sebagai HPSN setiap 21 Februari, terjadi kawasan Cirendeu
Maka sebagai pengingat terjadinya musibah ledakan gunung sampah itu, pemerintah kota Cimahi akan membuat monumen di kawasan kampung Cirendeu.
“Kami akan membuat monumen peringatan disini, dan juga akan ada kawasan wisata bermanfaat di Kota Cimahi yaitu Leuweung Awi yang akan dinamakan Leuweung Baraya (Leuweung Bandung Raya Area),” kata Adhitia, (21/2/2025).
“Peringatan HPSN di Cirendeu ini, harus menjadi bukti, agar kita semua tidaklah menganggap enteng mengenai masalah sampah. Ada 157 jiwa meninggal disini akibat ledakan yang terjadi dari gunungan sampah Leuwigajah,” ucapnya.
Dijelaskan Adhit, peringatan HPSN, jangan hanya menjadi sebuah seremoni saja, akan tetapi harus dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dan lingkungan hidup.
“Kejadian 2005 lalu itu bukti jika manusia serakah dalam hal mengelola sampah, jangan terjadi lagi di wilayah lain. Seperti sekarang TPA Sarimukti Bandung Barat, jangan sampai terjadi kejadian seperti Cimahi di tahun 2005,” kata Adhitia.
Selain membuat monumen, kata Adhit, pemerintah kota (pemkot) Cimahi juga sudah menyusun rencana agar budaya dan adat istiadat yang hidup di kampung Cireundeu lestari.
Sudah sejak lama dari awal abad ke 20, secara turun temurun warga kampung Cireundeu memiliki ketahanan pangan yang bagus yaitu dengan beras singkongnya yang menjadi makanan pokok.
“Kedepan Leuweung Baraya akan kami canangkan menjadi wilayah konservatif seperti leuweung adat, budaya dan lingkungan,” tutur Adhitia.(eri)
Discussion about this post