BOGOR,WM. Guru di Indonesia dihadapkan pada satu tantangan besar terkait dengan fakta bahwa kualitas peserta didik di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Bahkan, hasil study Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukan bahwa pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat rendah dalam memahami informasi yang komplek, teori analisis dalam pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur pemecahan masalah, dan melakukan Investigasi. Keempat kemampuan itu dikenal dengan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Menyikapi permasalahan tersebut, Wahyudin, Kepala SMP Negeri 1 Cigombong di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki metode untuk meningkatkan kualitas peserta didiknya melalui program Outing Class dan HOTS, sebagai media pembentukan karakter peserta didiknya.
“Kemampuan berfikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik,’ kata Wahyudin.
Yang termasuk dalam kategori kemampuan berfikir tingkat tinggi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan berfikir kritis, berfikir kreatif, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan.
Wahyudin menjelaskan, outing class merupakan salah satu program pembelajaran efektif yang bertujuan memberikan keterampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Selain itu outing class merupakan metode belajar yang menyenangkan, mengajarkan kepada siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan sekitar. Siswa diharapkan dapat arif dalam memperlakukan alam sekitar beserta sosio kulturalnya. Outing class dapat diterapkan di semua mata pelajaran. Selama proses pembelajaran outing class, guru dan siswa lebih dapat membangun kedekatan yang tentunya menyenangkan. Materi yang diajarkan juga tetap fokus tujuan dan hasilnya sangat baik. Dengan setiap hari belajar di dalam ruang kelas selama bertahun-tahun sudah biasa, maka tidak ada salahnya memberikan sesuatu yang berbeda pada proses belajar dan mengajar.
“Metode outing class mulai saya perkenalkan kepada peserta didik pada tahun lalu kepada siswa kelas tujuh dan delapan dengan mengacu pada kurikulum tahun 2013. Dalam program itu, saya menerapkan sistem lima m kepada peserta. Yakni, mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan menyimpulkan. Dalam kegiatan itu juga penilaian terhadap karakter peserta didik sangat mudah terpantau. Mulai dari Kedisiplinan waktu saat peserta hadir ke lokasi keberangkatan, sikap peserta saat diperjalanan, kesehatan peserta selama perjalanan sampai tiba di tujuan dan kepedulian terhadap temannya. Point point tersebut menjadi dasar bagi kami untuk melakukan asesment paska kegiatan nantinya”, jelas Wahyu.(asp)
Discussion about this post