BANDUNG | WALIMEDIA – Jika melintas di Kawasan Jalan Jenderal Sudirman khususnya yang dekat dengan jalan Jamika, sudah dapat dipatikan terlihat berjejer para penjual cendol yang sudah sejak lama atau penjual musiman yang biasa muncul setiap bulan Ramadhan saja. Hal ini pemandangan tersendiri yang terlihat menarik karena orang yang menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat bisa menepi kalua hendak membelinya.
Tren seperti ini tercipta sekitar 5 tahun yang lau. Entah siapa yang memulai tiba-tiba sepanjang jalan Jenderal Sudirman itu banyak yang berjualan es cendol. Setidaknya ada 50 roda yang berjualan minuman itu yang kebanyakan mereka berjualan dari pukul 10.00 WIB sampai menjelang Maghrib. Tentu saja hal ini memudahkan banyak orang jika ingin menikmati es cendol sebagai minuman takjil saat berbuka.
Mustofa ( 54) mengakui jika dirinya berjualan cendol ini Karena dirinya bosan menjadi buruh pabrik. Menurutnya, ia membuat es cendol ini sendiri dan menjuanya pun sendiriDia menekuni profesi ini sudah hamper tiga tahun lamanya. “Awalnya sih coba-coba lihat orang berjualan es cendol ramai makanya saya memutuskan berjualan juga. Setelah diterjini ternyata berjualan es cendol itu untungnya lumayan,” terangnya saat ditemu WMOL (4/5-2021) saat berjualan di lokasi.
Ayah tujuh anak ini menjelaskan jika bulan Ramadhan ini terbilang lumayan dibanding tahun lalu saat pademik covid 19 pertama kali ada. Saat ini perhari dirinya mampu menjual 40 bungkus es cendol itu dengan harga jual per bungkus Rp 15.000,-. “Pokoknya rata-rata keuntungan yang didapat saat ini serratus sampai dua ratus ribu rupiah karena keuntungan dari setiap bungkus antara 4000-5000 rupiah. Tetapi jika banyak sisa maka es cendol untuk dibuangnya karena tidak mungkin dijualnya esok hari.
Hasil itu ia penuhi untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan anak-anaknya. Begitupula Asep Sahman (48) ia berjualan cendol sejak tujuh tahun lalu setelah keluar kerja dari kantor Kelurahan Pelindung Hewan karena gajinya kecil. Ternyata baginya berjualan cendol itu malah membawa berkah karena peghasilannya terbilang lumayan. “Dari jualan es cendol ini bisa memenuhin kebuthans ehari-hari dan bayar kontrakan satu bulan satu juta rupiah,” kata Asep dan ia mengakui ia penjual tetap es cendol bukan penjual es cendol musiman.
Masih kata Asep, justeru masuk ke hari 22 di bulan Ramadhan ini penjualan es cendolnya semakin hari semakin meningkat walaupun pertambahannya tak signifikan. Tetapi diakuinya setiap hari ia bisa menjual antara 40-50 bungkus dengan kentungan per bungkus 4000 rupiah. “Jadi intinya kalua suasananya tidak hujan, biasanya jualan es cendol itu laku keras namun jika turun hujan maka penjualannya akan menurun. Es cendol yang tidak terjual maka saya buang saja,” ujar Asep yang berjualan ditemani anaknya.
Berbeda dengan dua penjual es cendol tadi, Aldi (21) yang berjualan berama isterinya Putri (20), dapat dikatakan sebagai penjual es cendol musiman hanya pada bulan Ramadhan saja. Karena di luar Raadhan Aldi justeru berjualan cindera mata pernikahan di Kawasan Cibadak Kota Bandung. “Terus terang saya dan isteri berjualan es cendol karena mengikuti orangtua yang sudah berjualan lebih dulu dan memanfaatkan momentum ramdhan saja,” ungkap Aldi.
Aldi mengakui jika dirinya mempunyai langganan tetap setiap Ramadhan bahkan ia selalu kirim juga pesanan ke Lembang dan juga Kawasan Cibiru. Setiap hari Aldi mampu menjual es cendol sampai 50 bungkus dan untungnya per bungkus 5000 rupiah. Uniknya, jika jualannya tidak habis maka Aldi sumbangkan ke masjid-masjid terdekat untuk dijadikan minuman takjil. “Kalau ada kesempatan untuk memberikan kepada mereka berbuka, ya lumayanlah dapat pahala dan keuntungan dari berjualan ini cukup untuk jajan anak-anaknya dan juga kontrak umah,” tambahnya.
Tentunya bulan Ramadhan ini menjadi berkah bagi para penjual es cendol ini. Masih ada beberapa hari lagi sebelum lebaran bagi mereka untuk berjualan dengan harapan mereka bisa dapatkan uang untuk membeli pakaian baru bagi anak-anak mereka.(deffy)
Discussion about this post