BANDUNG | WALIMEDIA – Selama ini pucuk pemerintahan Kabupaten Bandung, Jawa Barat selalu berasal dari kalangan pria. Namun tidak menutup kemungkinan pada Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 akan muncul sosok perempuan sebagai “Orang Nomor Satu” atau Bupati di Kbaupaten Bandung.
Demikian dikatakan Pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, Asep Warlan Yusuf, saat menjawab pertanyaan WALIMEDIA seputar peluang kandidat dari kalangan perempuan pada Pilkada Kabupaten Bandung sekarang ini.
Menurut Asep, tren perempuan menjadi kepala daerah terjadi di Pilkada secara langsung tahun 2005. Namum di Jawa Barat munculnya pemimpin dari kalangan perempuan baru terjadi sejak Pilkada tahun 2009 dan tahun 2014. Beberapa Bupati/Walikota di Jabar pun akhirnya dipegang oleh kaum hawa. Sebagai bukti terjadi di Kabupaten Indramayu, Kota Cimahi, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta.
Maka, kata Asep, bukan sesuatu yang mustahil jika pada Pilkada Kabupaten Bandung tahun juga akan memunculkan sosok Kepala daerah dari kalangan perempuan.
“Saya kira bukan hal mustahil Pilkada kali ini membuka peluang bagi kalangan perempuan untuk menjadi Kepala daerah pertama di Kabupaten Bandung. Tetapi semua sangat bergantung pada ikhtiar dan figur, progam visi-misi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat. Kalau itu di manfaatkan bukan mustahil ibu Nia (Kurnia Agustina) dan Yena (Iskandar Ma’some) jadi pemimpin dari kalangan perempuan,” papar Asep saat dihubungi melalui telepon selulernya Senin (2/11/2020).
Diakui oleh Asep, untuk di Kabupaten Bandung, peluang yang ada tidak sebesar yang dimiliki kaum pria. Karena sudah menjadi tradisi di Kabupaten Bandung dipimpin oleh laki-laki.
Ada anggapan juga di masyarakat, lanjut Asep, perempuan itu heurereut lengkah (pendek langkah-red). Berbeda dengan kaum laki-laki. Apalagi wilayah kabupaten Bandung itu sangat luas. Sehingga dibutuhkan sosok pemimpin yang kuat secara fisik dan mental. Maka akhirnya, pemimpin dari kalangan laki-laki lah yang lebih pantas menduduki posisi Bupati atau Kepala daerah di Kabupaten Bandung.
Tapi pandangan itu, kata Asep, bukan berarti calon Kepala daerah Pilkada Kabupatena Bandung yang berasal dari perempuan tidak bisa diperhitungkan, Pasalnya, masyarakat (pemilih) tidak pernah peduli kompleksitas permasalahan yang ada di kabupaten Bandung. Hanya orang-orang tertentu saja yang paham tentang kondisi obyektif di Kabpaten Bandung.
Sepanjang sosok calon yang akan dipilihnya bagus, programnya bagus dan didukung oleh banyak partai, maka mereka pun akan menjatuhkan pilihannya.
“Masyarakat di bawah tidak peduli dengan kompleksitas (permasalahan) itu. Yang penting saya suka, dia (calon) jujur, programnya bagus kemudian didukung partai besar, maka itu lah calon yang akan dipilihnya,”tandas Asep.
Ditambahkan Asep, calon Kepala daerah atau Bupati yang berasal dari kalangan perempuan, yakni Kurnia Agustina dan Yena Iskandar Ma’soem, juga didukung oleh partai-partai besar. Sehingga memiliki peluang besar pula untuk dipilih pada Pilkada Kabupaten Bandung sekarang ini.
“Bu Nia (Kurnia Agustina) Golkar-nya kuat sekali. Dan juga Bu Yena PDIP-nya juga kuat. Jangan-jangan itu menjadi pertimbangan untuk dipilih. Bukan soal objektifitas,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, Pilkada di Kabupaten diikuti oleh tiga pasang calon (Paslon) yang dua diantaranya ‘menjagokan’ perempuan sebagai calon bupatinya. Mereka adalah Kurnia Agustina yang bepasangan dengan Usman Sayogi (Paslon nomor 1) dan Yena Iskandar Ma’soem yang berpasangan dengan Atep (Paslon nomor 2). Sedangkan yang berasal dari kalangan kaum pria hanya Dadang Supriatna dengan pasangannya Sahrul Gunawan.(paslon nomor 3).(bas)
Discussion about this post