SUKABUMI, walimedia.com. Suasana duka menyelimuti masyarakat Sukabumi. Tokoh agama yang juga akademisi, Prof DR.KH Dedi Ismatullah Mahdi tutup usia Jumat pukul 08.40 WIB di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamaudin SH. Sebelumnya, Dedy sempat dirawat lantaran sakit yang dideritanya.
Tokoh ulama kelahiran Sukabumi 5 Juli 1957 tersebut merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Sukabumi. Almarhum dikenal sebagai tokoh ulama yang banyak kiprahnya di tanah air. Dedy dibesarkan dalam lingkungan yang religius, di Pesantren Syamsul Ulum Kota Sukabumi. Ia merupakan cucu pejuang kemerdekaan RI, ulama Jawa Barat, pendiri Organisasi Kemasyarakat Persatuan Umat Islam (PUI) yang juga pendiri Ponpes Syamsul Ulum Kota Sukabumi, K.H. Ahmad Sanusi.
Semasa hidupnya Dedy aktif sebagai memimpin Pondok Pesantren Syamsul Ulum Gunung Puyuh Kota Sukabumi dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) Syamsul Ulum Sukabumi. Ia juga aktif di beberapa organisasi lain di Sukabumi baik lingkup kemasyarakatan atau pemerintahan. Selain sebagai aktifis ia juga bergelut pada profesi yang ditekuninya sebagai advokat, beberapa sertifikat dalam bidang hukum ia raih.
Deddy dirawat di rumah sakit sejak Rabu, 4 Juli 2018. Sebelumnya sempat rawat RSI Assyfa, namun lantaran butuh perawatan yang membutuhkan peralatan lebih baik, lalu dirujuk ke RSUD.Syamsudin SH (Bunut).” Dibunut tiga hari, masuk hari Rabu. Mungkin karena sibuk beraktifitas siang dan malam, apalagi pada masa pilkada sehingga drop,” ujar Sekretaris Umum MUI Kota Sukabumi , M Kusoy.
Almarhum disemayamkan di Komplek Makam KH A Sanusi Belpast RT 02/05 Kelurahan Gunungpuyuh, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. ” Saya mewakili keluarga untuk memohon maaf atas segala kesalahan beliau baik sengaja atau tidak. Mohon didoakan diberikan nikmat serta diterima amal ibadahnya,” ujar Kusoy.
Sementara Calon Wali Kota terpilih Achmad Fahmi mengatakan, masyarakat Kota Sukabumi merasakan kesedihan yang mendalam atas kehilangan figur yang luar biasa dan sulit tergantikan, baik keilmuanya maupun kebijakanya. ” Tentu saja masyarakat merasa sedih kehilangan figur yang luar biasa. Kami berharap ada generasi muda bisa menggantikannya, ” tandasnya.
Duka mendalam juga disampaikan HM.Muraz. Selain pejabat formal sebagai Guru Besar Ilmu Hukum dan mantan Rektor UIN Bandung, alm Prof Dedy keturunan kiai sekaligus pejuang yang aktif diberbagai organisasi Islam maupun sosial. Walaupun berkiprah di tingkat nasional, tapi tetap aktif di kota kelahirannya sebagai Ketua YPI Syamsul Ulum, Ketua MUI Kota Sukabumi, Dewan Pendidikan, Dewan Penasihat DKM Mesjid Agung. “ Prof Dedy supel dalam bergaul dengan berbagai kalangan, tanpa pilih-pilih dan selalu sopan kepada siapapun,” kata Wali Kota Sukabumi periode 2013-2018 tersebut.
Almarhum kata Muraz tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan. Warga Kota Sukabumi yang berkiprah secara menasional. “ Walaupun Prof Dedy satu tahun lebih muda dari saya, tapi selalu saya anggap kakak karena kemampuan dari sisi keilmuan dan ketokohannya,” kata Muraz.
Sementara Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath Sukabumi, KH. Fajar Laksana merasakan kehilangan seorang tokoh pejuang agama Islam. Kepergian almarhum yang juga teman seperjuangannya di kepengurusan MUI Kota Sukabumi, menyebabkan duka yang mendalam. “ Dikala saya pribadi sedang begitu dekat-dekatnya dengan almarhum untuk memperjuangkan agama Allah. Saya sangat kehilangan seorang guru besar yang sampai detik-detik terakhir dengan saya pribadi masih semangat untuk memikirkan dan memperjuangkan agama Islam di Indonesia,” ujar Fajar yang juga Wakil Ketua MUI Kota Sukabumi.
Fajar mengajak ummat Islam ditanah air untuk mendoakan almarhum. Indonesia kehilangan seorang ulama sekaligus akademisi pejuang harokah. “ Semoga Allah mengampuni segala dosanya dan dimasukan almarhum ke syurga Allah,” ujarnya
Adisty
Discussion about this post