Banyak yang salah kaprah, manusia menyalahkan manusia lainnya hanya karena ia berbeda khilafiyah, berbeda amalan, berbeda jamaah, dan berbeda golongan dalam warna yang tak sama.
————————–‐–‐——-
ADAKAH hal kecil yang tidak diperhitungkan Allah ?
Walau sebiji Zahrah, Allah memperhitungkan amalan kebaikan kita.
Walau sekecil potongan kurma, kebaikan mampu memberatkan timbangan amalan kita.
Allah maha pengasih dan penyayang, jika sampai Nabi menegaskan hal itu sebagai sesuatu yang penting, dan harus difahami oleh umat.
Sudah seharusnya umat tak merasa, ia memiliki kekuasaan untuk menghukumi manusia lainnya, dengan keilmuannya yang sudah dirasa mendalam.
Banyak yang salah kaprah, manusia menyalahkan manusia lainnya hanya karena ia berbeda khilafiyah, berbeda amalan, berbeda jamaah, dan berbeda golongan dalam warna yang tak sama.
Bagi Allah itu biasa !
Perbedaan merupakan Fitrah !
Toh manusiapun banyak rupa yang tak seragam.
Tapi mengapa ada saja manusia yang berpikiran picik, ingin menyeragamkan pola pikirnya, pandangan-pandangannya dalam menghukumi manusia lainnya.
Belajarlah dari menghargai sesuatu yang kecil, tapi membuka pintu kebaikan, keberkahan, dan keselamatan.
Hingga dari hal yang kecil, Nabi pun mencoba mengajak umat realistis untuk mampu melakukan kebaikan-kebaikan remeh, yang berdampak besar dimata Allah.
Pandangan Allah berbeda dengan pandangan manusia !
Allah tidak kaku, dan sangat fleksible menilai sesuatu.
Ia tahu maksud tersembunyi dari apa yang tergambar manis hanya dipermukaan.
Ia faham bahwa sesungguhnya dalam diri Insan jika belum mengenal Cinta, maka akan banyak dusta dalam topeng roman yang manis dan mempesona.
Anggapan manusia, ia sudah mengenali cara kerja Allah dalam memperhitungkan apa yang ia fahami sebagai nilai kebaikan yang baku, dan kaku.
Maka ia berani tampil sebagai penyeru melebihi Style Nabinya yang santun, tolerant, bicara penuh hikmah, menebar kasih sayang, dan lemah lembut.
Ketika ada manusia melebihi gaya Nabinya, dalam menyeru, dan tidak menunjukan kasih sayang, hikmah, serta kesantunan dalam bersyiar Islam, maka sangat disayangkanlah itu, dan jangan diharapkan, ia akan menyeru hal-hal kecil sebagai penyemangat umat untuk memperoleh keberkahan yang harus umat lakukan.
Hal kecil dalam khasanah pribahasa menunjukan sesuatu yang utama, seperti ungkapan pribahasa, “sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit.”
Maka dalam kita berproses, mengumpulkan kebaikan, menjalani hidup dengan berkasih sayang pada sesama manusia, dan menjadikan diri kita bisa bermanfaat bagi kemanusiaan, itu hal berprosfek yang Allah suka’i, dan akan bantu Ia, si manusia tersebut dalam memahami ilmu-ilmunya Allah dalam perjalanan prosesnya itu.
Hal kecil, adalah hal luarbiasa yang istimewa.
menganggap penting hal kecil, berarti, menganggap besar sesuatu yang kecil.
Hal-hal kecil adalah pembuka pintu kesemestaan, dari sesuatu yang dianggap tidak berarti inilah, biji yang kecil bisa menjadi sesuatu yang besar, kokoh, kuat, dan menawan, begitupun keberadaan mahluk, berawal dari setetes kecil, sperma, yang akhirnya menjadikan semua mahluk itu ada.
Hal kecil adalah hal yang luarbiasa.
Dari yang kecil, maka terbentuklah kehidupan, terbentuklah karakter, dan ketika ia membesar, maka ia akan meneduhkan semuanya, bagai pohon rin dang yang kita nyaman berada dibawahnya.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
*) Ditulis oleh; Bambang Melga Suprayogi M.Sn, Staf pengajar di Telkom University dan Ketua LTN NU Kabupaten Bandung.
Discussion about this post