BANDUNG, walimedia.com – Situasi perekonomian global yang bergejolak sepanjang tahun 2019 turut berdampak kepada kondisi perekonomian dalam negeri. Hampir seluruh lini industri ikut terimbas tren pelemahan laju perumbuhan ekonomi dan daya beli ini. Pada triwulan ketiga 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02% year on year (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi tahun ini sendiri diproyeksikan lebih rendah dibanding realisasi pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 5,17% berdasarkan data BPS.
Lunglainya pertumbuhan ekonomi ini amat mempengaruhi daya konsumsi masyarakat Indonesia sebagai konsumen potensial sektor perbankan. Imbas paling nyata bisa dilihat dari melemahnya kemampuan publik dalam mengakses fasilitas kredit. Realisasi pertumbuhan kredit perbankan nasional hingga September 2019 melambat menjadi 7,84%. Perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit itu sejalan dengan melesunya peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) di September 2019 yang hanya tumbuh 7,47% y-o-y.
Kendati demikian, tak semua pelaku industri ikut terbawa arus pelemahan ini. Faktanya, segelintir perseroan masih sanggup menampakkan performa gemilang sepanjang tahun yang penuh tantangan ini. Kemungkinan untuk senantiasa bertumbuh di tengah situasi sulit ini bisa diperlihatkan bank bjb. Bank daerah asal Jawa Barat tersebut sanggup menjaga performa penyaluran kredit mereka tetap prima.
Hingga Triwulan III 2019, tercatat penyaluran kredit bank bjb tumbuh 9,8% y-o-y dengan nilai total Rp81,5 triliun. Jumlah pertumbuhan total kredit ini berada di atas rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan. Demikian halnya dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 10% y-o-y, lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan DPK industri perbankan. Posisi DPK bank bjb pada Triwulan III tahun 2019 ini mencapai Rp98,4 triliun. Penyaluran kredit dan pertumbuhan DPK bank bjb ini pada gilirannya berkontribusi pada performa bisnis bank bjb yang sanggup menumbuhkan laba sebesar Rp1,1 triliun hingga September 2019 dengan total aset Rp123,6 triliun.
Direktur Utama bank bjb, Yuddy Renaldi mengatakan derasnya penyaluran kredit ini tak bisa dilepaskan dari kondisi perekonomian regional di Jawa Barat dan Banten yang senantiasa bertumbuh di atas rata-rata pertumbuhan nasional. BPS sendiri mencatat perekonomian Jabar dan Banten sama-sama tumbuh sebesar 5,14% dan 5,41% secara tahunan, lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,04%.
Gencarnya proyek pembangunan infrastruktur di Jabar dan Banten juga menjadi faktor lain. Fokus utama bank bjb memang menyasar penyaluran kredit proyek pembangunan infrastruktur serta UMKM di daerah khususnya Jabar dan Banten. Namun di sisi lain, penyaluran kredit konsumer sebagai pilar utama bisnis perusahaan juga tetap dijaga prima.
“Kepercayaan publik juga memegang peranan penting dalam mendukung kelancaran usaha yang dijalankan perseroan. Di tengah situasi perekonomian yang serba penuh tantangan, masyarakat diharuskan melakukan manajemen keuangan secara efisien dan hanya lembaga yang memiliki kredibilitas tinggi yang sanggup merebut kepercayaan konsumen di baris terdepan. Pencapaian usaha yang ditorehkan bank bjb sepanjang 2019 ini menunjukkan kualitas dan kredibilitas perseroan di mata publik,” kata Yuddy.
Tak cuma dari masyarakat dalam bentuk pemanfaatan layanan dan jasa, kredibilitas bank bjb sebagai merek dagang semakin dipertajam oleh berbagai penghargaan yang disematkan. Untuk disebut, bank bjb dinobatkan sebagai brand emas dalam sejumlah penghargaan bergengsi seperti Top 100 Indonesia Most Valuable Brand 2019, Peringkat 1 Kategori Bank Daerah dalam ajang Indonesia Original Brand (IOB) 2019, Infobank 8th Digital Brand Awards 2019, meraih kategori “Gold” pada Brand Image perusahaan dalam “RRI Financial Award 2019”, Bank BUMD Terbaik pada Kadin Awards 2019, The Best Improvement Bank pada CNBC Indonesia Award 2019, The Best Financial Performance Bank Kategori Bank BPD dalam ajang Tempo Financial Business Award 2019, serta berbagai komplimen dar lembaga lain.
Dari segi likuiditas, bank bjb juga dinilai jauh dari risiko usaha yang berpotensi melemahkan. Perseroan juga mendapat penghargaan sebagai Bank Berpredikat “SEHAT” pada Kategori BUKU 3 dengan aset di atas Rp100 triliun dalam Indonesia Best Bank Award 2019. Likuiditas perbankan yang kuat ini berperan penting dalam membantu Indonesia menghadapi gejolak perekonomian dan fluktuasi nilai tukar rupiah yang salah satunya dipicu ancaman resesi ekonomi global.
Yuddy mengatakan berbagai pencapaian yang ditorehkan perseroan akan menjadi bekal dalam mengarungi tahun 2020 mendatang. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 akan mencapai 5,2% hingga 5,5% sesuai yang tertuang pada Peraturan Presiden No. 61/2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2020. Guna semakin meningkatkan kepercayaan publik, bank bjb akan terus melakukan berbagai inovasi di sektor produk maupun pelayanan. Praktik keuangan berkelanjutan yang didasari pada komitmen kuat terhadap transparansi dan kepedulian terhadap lingkungan dalam menjalankan usaha juga bakal terus dijadikan pegangan.
“Kata kunci lainnya adalah sinergi dan kolaborasi. bank bjb akan senantiasa bergandengan tangan dengan berbagai pihak untuk bergerak bersama sekaligus berperan aktif dalam mengupayakan jalan alternatif bagi siapa saja yang membutuhkan sesuai dengan koridor usaha perseroan. Setiap jengkal langkah usaha yang dijalankan juga akan sangat dipikirkan secara matang untuk meminimalisir risiko-risiko usaha yang bisa menjadi pengganjal dalam mencapai visi pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan serta cita-cita menjadikan bank bjb masuk ke dalam 10 besar bank nasional berkinerja terbaik,” ujar Yuddy. (bud)
Discussion about this post