BANDUNG. WM – Dalam Rangka Memperingati Hari Hutan Internasional 2018, Komunitas Pohon Indonesia (Sewindu KPI) yang jatuh tanggal 21 Maret,untuk bisa menjaga alam Indonesia yang terdiri dari hutan, menyimpan potensi besar dalam upaya dan usaha dari para pemimpin negeri untuk mensejahterakan masyarakatnya. Acara yang berlangsung , D’peak bongkor,bukit bongkor DS melati wangi Cilengkrang.(21/3)
Ketua Umum Pengurus Pusat Komunitas Pohon Indonesia, Dadi Ardiwinata S.Hut menuturkan bahwa bersyukur, menikmati dan mengajak merupakan salah satu latar belakang berdirinya Komunitas Pohon Indonesia (KPI) di awal Juni 2009 lalu di Bandung. Kenapa bersyukur, karena Indonesia diberi anugerah yang begitu besar oleh Allah SWT dengan alamnya yang indah dan subur serta banyak memiliki potensi bagi kesejahteraan bagi masyarakatnya dibanding negara lain.
![](http://walimedia.com/wp-content/uploads/2018/03/KPI.jpg)
“Nikmat dan anugerah yang diberikan Sang Pencipta, Allah SWT kepada alam Indonesia bukan main besarnya. Lihat lah, bahwa negara kita yang tercinta ini memiliki kelebihan dalam berbagai hal dibanding negara lainnya di dunia. Seperti kesuburan tanah yang dapat ditanami pohon dan beranekaragam hayati lain yang berlimpah untuk ketahanan pangan,” kata kang Dadi nama sapaan Ketua Umum Pengurus Pusat Komunitas Pohon Indonesia, Dadi Ardiwinata S.Hut
Sangat miris, lanjut Dadi, sedikit sekali dari kita merasa bersyukur atas nikmat dan anugerah yang diberikan Allah itu. Yang banyak kita lihat dan muncul kepermukaan adalah, bermunculannya segelintir individu-individu dan kelompok yang tamak dan cenderung merusak keberadaan dari alam dan hutan Indonesia.
“Hal ini dapat dilihat, terjadi pembalakan hutan dimana-mana, pengrusakan lingkungan yang tadinya asri tanpa berpikir untuk mengembalikannya seperti semula. Merusak ekosistem dari hutan itu sendiri dengan hadirnya berbagai kegiatan pertambangan,”ucapnya.
Komunitas Pohon Indonesia yang dipimpinnya melihat dan menilai, masyarakat sekitar banyak yang menjadi penonton dan korban. Tapi ada juga diantaranya yang nekat, ikut-ikutan melakukan pembalakan hutan, mengeksploitasi berbagai potensi tambang dengan cara liar yang merusak kepada lingkungan itu sendiri. ”Melihat kenyataan seperti ini, KPI mencoba melakukan kegiatan nyata dengan usaha mengajak masyarakat untuk menanam pohon dengan berbagai aspeknya,” ujar Dadi.
Dadi mengatakan pohon itu memiliki arti yang sangat penting, maka masyarakat perlu diajak untuk menanam pohon. “Kita tahu, selama ini keberadaan dan manfaat pohon hanya dinikmati segelintir pihak tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar pohon itu berada, untuk itu lah KPI hadir dengan membentuk komunitas,” jelasnya.
Dadi menambahkan, paling tidak posisi KPI tidak merusak dan lebih menekankan posisi untuk beribadah. Artinya, dalam melihat keberadaan hutan pihaknya tidak semata-mata melihat hutan lestari selamanya. Karena secara alamiah pohon yang menaungi hutan itu juga akan punah dan secara alamiah juga akan tumbuh yang baru.
Tapi ketika melihat kepada posisi keberadaan hutan itu hancur karena ulah perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab, maka dalam hal ini KPI melakukan gerakan yang nyata yaitu dengan mengajak berbagai pihak untuk melakukan penanaman pohon kembali dengan mengajak dari lingkungan sendiri. Kehadiran KPI dinilai tepat dan merupakan bagian dari apa yang diamanatkan Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Partisipasi masyarakat. (Fk)
Discussion about this post