BANDUNG | WALIMEDIA.ID- Traveling atau dalam bahasa arab biasa disebut dengan safar merupakan bagian dari aktivitas yang sering dilakukan masyarakat.
Namun, bagaimana agar traveling bisa bernilai ibadah dan mendatangkan pahala ?
Maka, guna meraih nilai ibadah itu, seraya juga menjaga akhlakul-karimah dengan istiqamah, perlu diperhatikan dan diimplementasikan-diamalkan tuntunan dalam melakukan safar.
Sebagaimana dipaparkan dalam kitab “Aadaab Islaamiyyah”, oleh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, dan telah pula diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Adab Harian Muslim Teladan”, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor. Di antaranya adalah dengan melakukan 3 hal ini :
*Meniatkan safar sebagai ibadah,* sehingga dapat menjaga diri dan terhindar dari maksiat, serta memperoleh ganjaran pahala dari Allah. Hal semacam ini ditekankan dalam hadits Nabi saw, “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (Muttafaq ‘alayhi, H.R. Imam Bukhari dan Muslim).
*Hendaknya tidak safar sendirian.* Seorang Muslim dimakruhkan bersafar sendirian, tapi hendaknya bersama beberapa orang. Sehingga lebih aman dan bisa saling mengingatkan kebaikan serta melarang kemungkaran di perjalanan. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Saw bersabda dengan makna: “Orang yang berkendaraan sendirian adalah setan, orang yang berkendaraan berdua adalah dua setan, orang yang berkendaraan bertiga maka itulah orang yang berkendaraan yang benar.“ (HR. Imam Malik dalam Al-Muwatha, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi).
Diriwayatkan pula dari Ibnu Umar, Rasulullah Saw bersabda: “Andaikan orang-orang mengetahui akibat dari bersafar sendirian sebagaimana yang aku ketahui, maka mereka tidak akan bersafar di malam hari sendirian.“ (HR. Bukhari).
*Mencari teman safar yang baik.* Karena dimakruhkan sendirian, maka hendaknya seorang yang bersafar mencari teman safar yang saleh. Agar perjalanan safarnya penuh dengan hal-hal yang bermanfaat, jauh dari kesia-siaan dan maksiat. Nabi Saw bersabda: “Keadaan agama seseorang dilihat dari keadaan agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian mencari/memilih siapa teman dekatnya.” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah Saw juga bersabda, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selamat melakukan perjalanan atau traveling, semoga anda selamat sampai tujuan. (*)
Discussion about this post